FK-KMK UGM. Di balik jiwa yang sehat, maka diperlukan fisik yang kuat pula. Mengingat, modalitas jiwa dan raga yang dibangun sejak muda merupakan modalitas kesehatan yang akan dituai di hari tua kelak. Diskursus inilah yang diangkat oleh Departemen Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) yang bekerjasama dengan Klinik Korpagama, Penelitian Straya Indonesia-Australia, dan Biro Pelayanan Kesehatan UGM dalam gelar wicara bertajuk “Move More, Stress Less: The Science Behind Sport Exercise and Mental Health in Adolescent and Young Adult (AYA)” di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM pada Jumat (8/11).
Prof. dr. Mora Claramita, MHPE, PhD, Sp.KKLP, panitia program ProYou (Personalized Health Care for Youth), mengungkapkan bahwa gelaran ini ditujukan untuk memberdayakan remaja – khususnya, mahasiswa UGM – agar dapat menjadi pionir penerapan pola hidup sehat.
Tidak hanya sekadar gelar wicara, acara yang dihadiri sekitar 800 peserta ini akan dilanjutkan dengan pelatihan SAHABAT AYA pada 9 November 2024, untuk membekali para peer counselor di lingkungan UGM .
“Bergerak sangat penting, dan saya mendukung inisiasi ini, karena persoalan kesehatan saat ini semakin kompleks, jadi harus menyeimbangkan, baik secara fisik dan mental,” sambut Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH.
Gelar wicara ini menghadirkan dr. Tirta Mandira Hudhi, MBA., dokter lulusan FK-KMK UGM yang kini giat menjadi influencer dan pengusaha, serta dr. Fransica Handy, Sp.A IBCLC., Pendiri Asosiasi Kesehatan Remaja Indonesia yang dipandu oleh dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC., Sp.KKLP., Subsp. FOMC., dari Departemen Kedokteran Keluarga FK-KMK UGM sebagai pewara.
“Olahraga sedikit demi sedikit, itu juga sambil merelaksasi pikiran kita. Sekitar 7% dari anak remaja itu punya gejala depresi dan anxiety, terjadi karena ambisius. Lalu, pola makan tidak terjaga sehingga mengganggu sistem metabolik,” tutur Fitriana memenatik sesi gelar wicara.
Menurut Tirta, kompleksitas pola hidup sehat saat ini, tidak lepas dari percepatan teknologi dan pandemi. Alhasil, fenomena ini rentan terhadap sindrom metabolik, khususnya pada remaja. Namun, sejak pandemi pula, tren produk paling laris pada tahun 2022 justru diduduki oleh outdoor brand yang menjual kit lari, sepeda, mendaki, dan lainnya.
“Selama pandemi banyak anak muda yg terkungkung, jadi mencari kesibukan diluar rumah. Ini hal bagus, walaupun di kerjain teknologi, tapi tetap suka outdoor,” pungkas Tirta.
Di sisi lain, Tirta menyampaikan bahwa, telah terjadi penurunan usia pada penderita penyakit ginjal stadium 1-3 yang terjadi akibat gaya hidup yang buruk.
“Makan sehat, tapi tetap minum manis. Terus, ada tiga tipe anak muda yang keras kepala, yaitu perokok, penjudi, fans Manchester United,” singgung Tirta.
Lebih lanjut, Fransica menjelaskan, bahwa di era bonus demografi Indonesia saat ini, maka dibutuhkan generasi yang sehat dan berkualitas. Ia menuturkan bahwa “there is no health without mental health”, sehingga perlu keseimbangan bagi anak muda dalam mengelola kesehatan diri.
“Kalian ini akan jadi next parents, jadi orangtua adalah kunci dari kesehatan dan kesejahteraan generasi yang mereka besarkan. Jadi, semakin cepat dimulai (pola hidup sehat), maka semakin baik untuk ke depan,” jelas Fransica.
Berdasarkan survei kesehatan mental (INames) yang dilakukan oleh Fransica bersama tim peneliti, ditemukan sekitar 30% anak remaja di usia 17 tahun mengalami gangguan kesehatan jiwa. Ditambah lagi, hasil temuan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia pada 2022 menunjukkan bahwa orang dengan rentang usia 20-30 tahun merupakan populasi yang paling banyak mengakses telekonsultasi psikologis.
Oleh karena itu, fenomena ini menjadi pertimbangan kritis bagi dunia kesehatan. Hal ini berkaitan erat pula pada optimalisasi bonus demografi untuk mendulang perwujudan generasi emas Indonesia.
Dengan demikian, para anak muda didorong untuk memulai kebiasaan baik melalui aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, mengonsumsi makanan bergizi dengan menghindari junk-food, istirahat cukup, menjalin relasi dan komunikasi yang baik dalam lingkaran sosial, khususnya teman dan keluarga.
Melalui promosi gaya hidup sehat ini, FK-KMK UGM berkomitmen penuh terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera (SDG 3), Pendidikan Berkualitas (SDG 4), Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (SDG 9), Berkurangnya Kesenjangan (SDG 10), Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (SDG 12) serta Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan (SDG 17). (Isroq Adi Subakti/Reporter)