FK-KMK UGM. SMA Negeri 2 Bantul menyelenggarakan Research Youth Conference (RESOFENCE) 2025 pada Rabu, 15 Mei 2025, sebagai upaya untuk menanamkan semangat riset dan inovasi di kalangan pelajar. Acara ini menghadirkan perwakilan siswa dari 48 SMA di wilayah Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman. Mengangkat tema “Menapaki Jejak Teknologi Masa Depan untuk Inovasi Generasi Muda Berkelanjutan”, konferensi ini menjadi sarana inspiratif bagi siswa untuk memahami pentingnya riset berbasis teknologi dalam mendukung masa depan berkelanjutan.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala SMA Negeri 2 Bantul, Isti Fatimah, M.Pd., yang menekankan pentingnya pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Ketua panitia acara, Anis Putri Karima, turut menyampaikan bahwa RESOFENCE 2025 dirancang sebagai wadah untuk memfasilitasi siswa dalam menggali ide dan menerjemahkan pengetahuan menjadi aksi nyata melalui riset.
Salah satu sesi utama dalam kegiatan ini diisi oleh Dagun Raisah Laksmi Pratiwi, S.H.G., M.P.H., asisten peneliti dari Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FK-KMK UGM. Dalam paparannya, Dagun mengajak siswa untuk melihat potensi diri sebagai titik awal dalam dunia penelitian. Ia menegaskan bahwa topik riset tidak harus rumit, melainkan bisa berangkat dari hal sederhana yang ada di sekitar, asalkan memiliki relevansi dan makna. Pemanfaatan teknologi menjadi sorotan penting dalam sesi tersebut, sebagai alat yang mampu meningkatkan efisiensi sekaligus mendorong inovasi dalam proses penelitian.
Dagun juga menggarisbawahi perlunya pendekatan riset yang inklusif dan berbasis data yang kuat. Ia menutup sesi dengan penekanan akan pentingnya kerja tim dan kolaborasi lintas sektor dalam menyukseskan proyek penelitian. Antusiasme peserta terlihat saat sesi diskusi berlangsung, termasuk saat seorang siswa menanyakan cara menentukan topik riset yang sesuai. Dagun menjawab bahwa rasa ingin tahu adalah bahan bakar utama seorang peneliti, dan dari situlah ide-ide besar bisa tumbuh.
Kegiatan ini secara langsung mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan membuka akses pembelajaran riset yang aplikatif, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui potensi riset yang berdampak pada isu kesehatan, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kerja sama lintas institusi pendidikan. Tak hanya itu, semangat inklusivitas dan inovasi juga turut mendorong peran serta SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan. (Kontributor: Deskantari Murti Ari Sadewa, Aliya Wardana Rustandi).