FK-KMK UGM. Sivitas akademika Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM berpartisipasi dalam gerakan aksi 40 detik sehat jiwa yang digelar tim UGM Cares untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kamis (10/10).
UGM Cares merupakan komunitas yang terbentuk dari berbagai lembaga yang ada di UGM untuk mewadahi “Gerakan Peduli Kesehatan Jiwa” bagi civitas akademika UGM. Gerakan tersebut merupakan salah satu implementasi salah satu tema Health Promoting University/kampus sehat UGM, yaitu kesehatan jiwa. Gerakan yang dilakukan berupa ajakan kepedulian terhadap masalah kesehatan jiwa, termasuk untuk mengurangi stigma yang ada pada kesehatan jiwa.
“Sivitas akademika berpartisipasi dengan menuliskan hal-hal yang sedang dirasakan atau dipikirkan pada spanduk yang disediakan. Kita perlu untuk saling berbagi, saling bercerita, agar lebih sehat jiwa”, ujar koordinator program, Dr. Supriyati.
Selain di FK-KMK UGM, spanduk juga dipasang di beberapa titik di UGM, yaitu di Fakultas Psikologi, Fisipol, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Peternakan, Sekolah Vokasi, Sekolah Pascasarjana, dan 6 titik kantong parkir UGM. Pemasangan spanduk dilakukan antara tanggal 10 OKtober hingga 24 Oktober, disesuaikan dengan kegiatan dan kebutuhan unit kerja masing masing.
Adapun lembaga yang tergabung dalam komunitas UGM Cares ini adalah Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran sosial FK-KMK; Departemen Keperawatan Medikal Bedah FK-KMK; Health Promoting University UGM; Departemen Kesehatan Jiwa FK-KMK, Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi, FHUGMCares, Sobat FT; Kabar.kan; Layanan Psikologi FK-KMK; CDC Fisipol, OH Fisipol; PK4L; BEM FK-KMK; dan BEM Fakultas Teknik.
“Melalui aksi 40 detik ini, civitas akademika semakin menyadari pentingnya kesehatan jiwa, Kita berharap bahwa kegiatan ini menjadi sarana untuk pendidikan yang berkelanjutan (education for sustainable development), tentang kesehatan yang sebenarnya komprehensif, tidak hanya sehat secara fisik saja, namun juga kesehatan mental, sosial, dan spiritual. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk meningkatkan partisipasi sivitas akademika dalam kegiatan pengembangan UGM sebagai kampus sehat,” harapnya.
Badan kesehatan dunia (World Health Organisation – WHO), menyatakan bahwa terjadi satu kasus bunuh diri setiap 40 detik. Tentu hal tersebut sangat memprihatinkan, tak terkecuali bagi Indonesia yang angka masalah kesehatannya jiwanya merangkak naik. Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki posisi tertinggi untuk masalah kesehatan jiwa di tingkat nasional, sedangkan pada tahun 2018, DIY menduduki peringkat dua. Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang dapat terjadi pada siapapun. Berbagai faktor sosial budaya pun turut berkontribusi pada munculnya masalah kesehatan jiwa. Tentu saja, diperlukan keterlibatan semua pihak secara aktif untuk menyelesaikan masalah kesehatan jiwa di DIY tersebut.
Kampus merupakan tempat kerja bagi dosen dan tenaga kependidikan, sekaligus menjadi tempat belajar bagi mahasiswanya. Kampus merupakan tempat yang strategis sebagai tempat untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dan pembentukan karakter. Disisi lain, dinamika kampus serta tugas dan tanggungjawab sivitas akademika juga berpotensi memberikan beban tersendiri bagi sivitas akademikanya. Dinamika kerja maupun belajar tersebut juga dapat berpotensi pada munculnya masalah kesehatan jiwa. Terkadang kita merasakan waktu 24 jam per hari itu tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas kita. Hingga akhirnya berdampak pada terjadinya gangguan pola tidur maupun pola makan. Sayangnya, seringkali hal tersebut kurang disadari oleh sivitas akademika sehingga penanganannya pun terlambat. (Wiwin/IRO)