Webinar Tripartite “Current Challenges in Infectious Disease and Traditional Herbal Medicine”

FK-KMK UGM. Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan FK-KMK UGM, Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad(K)., bersama dengan Chairman of the First Affiliated Hospital Zhejiang University School of Medicine/FAHZU, Prof. Tingbo Liang, serta Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP Dr. Sardjito, Dr. dr. Sri Mulatsih, MPH, SpA(K)., memberikan sambutan pengantar webinar daring bertajuk “Current Challenges in Infectious Disease and Traditional Medicine”, Rabu (28/9). Webinar yang digagas FK-KMK UGM, FAHZU, dan RSUP Dr. Sardjito ini merupakan kolaborasi pertama implementasi MOU tripartite yang ditandatangani bulan November 2019.

Inisiatif awal program kerja sama tripartite yaitu visitasi ke FAHZU China terhenti akibat pandemi Covid-19. Rencana peninjauan fasilitas rumah sakit termasuk laboratorium dan pusat-pusat unggulan FAHZU sebagai alternatif tujuan kegiatan mobilitas mahasiswa maupun observasi praktik terbaik bagi staf dan residen harus ditunda. Baik FAHZU, FK-KMK UGM, dan RSUP Dr. Sardjito lebih memprioritaskan program penanganan Covid-19 guna mendukung pemerintah selama dua tahun ini terhitung sejak penyebaran awalnya di Wuhan China pada Desember 2019.

Webinar daring dengan fokus pada topik penyakit menular dan pengobatan tradisional disepakati menjadi aktivitas pembuka kerja sama tripartite yang sempat tertunda. Masing-masing institusi memiliki riset dan layanan unggulan pada dua topik di atas sehingga melalui webinar diharapkan dapat saling berbagi praktik terbaik. Dalam sambutannya, Wakil Dekan Dr Lina menegaskan bahwa, “Webinar tripartite ini menjadi peluang bagus bagi penguatan kolaborasi FK-KMK UGM, FAHZU, dan RSUP Dr. Sardjito di dua bidang unggulan tersebut”. FAHZU menjadi National Clinical Research Center for Infectious Diseases di China dan punya sejarah panjang dalam terapi pengobatan tradisional. Adapun FK-KMK UGM dan RSUP Dr. Sardjito bersinergi memiliki rekam jejak riset unggulan di bidang penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS dan STIs, dan menjadi salah satu pionir pengembangan riset kedokteran herbal melalui Pusat Kedokteran Herbal, yang juga diperkuat keberadaan poliklinik herbal RSUP Dr. Sardjito sejak tahun 2010.

Pakar penyakit infeksi FAHZU, Dr. Junwei Su dari Department of Infectious Disease menjadi pembicara pertama dengan presentasi “Malaria Elimination in China and Therapy for Imported Severe Malaria”. Ia memaparkan strategi eliminasi malaria dengan pemberian terapi secara tepat mulai dari terapi transfusi sel darah merah, perawatan berkelanjutan termasuk pengelolaan komplikasi dan pemberian pengobatan antimalaria. Pembicara kedua untuk topik penyakit menular, Dr. dr. Ida Safitri, SpA(K), staf Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi Departemen Ilmu Kesehatan Anak mengetengahkan “HIV/AIDS in Pediatric Patients”. Tantangan yang dihadapi, selain terapi, juga terkait masalah sosial budaya yaitu diskriminasi dan stigma negatif masyarakat terhadap pasien HIV/AIDS karena masih rendahnya literasi masyarakat.

Dr. Fenglin Hu menyampaikan “The Distinctive Traditional Chinese Medicine Therapeutic Services in the FAHZU” antara lain tentang ragam teknik pengobatan tradisional China yang menggunakan rebusan ginseng, teh, formula granules, wine. Staf Department of Traditional Chinese Medicine FAHZU tersebut juga membagikan layanan perawatan eksternal yang diberikan di FAHZU seperti medicated bath, akupunktur telinga, bekam, terapi pijat anak, chiropractic, dsb. Pengobatan tradisional FAHZU bahkan memainkan peran penting dalam penanggulangan wabah Covid-19.

Pelayanan kesehatan tradisional Indonesia diatur dalam UU No.36/2009, mengacu pada hereditas empiris, baik pengalaman (pengobatan herbal seperti jamu, gurah, aromaterapi) maupun keterampilan (seperti akupuntur, acupressure, dan pijat) sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Penggunaan ramuan herbal dalam pengobatan herbal mendasarkan pada bukti empiris dan bukti ilmiah (uji praklinis dan klinis). Beberapa penggunaan herbal dan suplemen (antara lain kunyit, temulawak, jahe, sambiloto) sebagai aktioksidan, anti-inflammatory, immunomodulatory direkomendasikan oleh BPOM dalam menghadapi Covid-19. Di RSUP Dr. Sardjito, poliklinik herbal memberikan layanan kesehatan tradisional secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dengan dukungan dokter spesialis penyakit dalam, Pusat Kedokteran Herbal FK-KMK dan Fakultas Farmasi UGM. Uraian di atas dijabarkan oleh Guru Besar FK-KMK UGM Departemen Farmakologi dan Terapi, Prof. Dr. Mae Sri Hartati, Apt., MSi., dalam presentasi terakhir webinar berjudul “Traditional Health Services in Indonesia”.

Moderator dr. Yanri Wijayanti Subronto, PhD, SpPD-KPTI., yang memandu diskusi menggarisbawahi malaria merupakan penyakit menular tertua yang masih belum dapat di-eradikasi sepenuhnya. Target tahun 2030 Indonesia bebas malaria di lebih kurang 515 kabupaten/kota, dan saat ini masih ada sekitar 230 kabupaten/kota yang menjadi target eliminasi. Tantangan bagi FK-KMK UGM, FAHZU, dan RSUP Dr. Sardjito dengan keunggulan masing-masing berkolaborasi untuk teknologi pengembangan vaksin. Kemudian untuk pengobatan tradisional, tantangannya baik di China dan Indonesia serupa yaitu meyakinkan masyarakat yang lebih banyak memilih pengobatan konvensional (western medicine).  Dr. Yanri mendorong untuk masing-masing institusi memasukkan pengobatan tradisional dalam kurikulum/blok pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran sehingga ada pengenalan untuk menjaga keberlanjutan pengobatan tradisional yang merupakan warisan budaya bernilai tinggi.

Di akhir webinar, ketiga institusi bersepakat untuk langkah selanjutnya akan mengagendakan program aktivitas yang lebih detail di bidang penyakit menular dan pengobatan herbal, termasuk mewujudkan rencana visitasi observasi fasilitas rumah sakit dan pusat-pusat unggulan FAHZU. (Kontributor: Sari Wulandari/Kerjasama LN)

Berita Terbaru