Sadari Kondisi Emosi Tingkatkan Performa Diri

FK-KMK UGM. Menyadari kondisi emosi akan meningkatkan performa seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Setidaknya pesan itu yang ingin dijabarkan dalam program lunch discussion Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Rabu (14/9).

“Setiap orang memiliki kadar tekanan beban kerja beragam. Tekanan tersebut membuat setiap orang harus memiliki strategi bagaimana dalam kondisi tertekan masih bisa berprestasi dan bahagia. Hari ini kita akan belajar hal tersebut. Semoga program lunch discussion ini mampu memberikan manfaat,” ungkap Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM, dr. Ahmad Hamim Sadewa, PhD.

Salah satu narasumber dari pakar kesehatan jiwa, dr. Santi Yuliani, MSc., SpKJ mengungkapkan bahwa setiap orang saat mengalami kondisi stress berupaya melakukan homeostasis pada diri sendiri. Kondisi yang tidak bisa diatasi dengan baik menurutnya akan menimbulkan depresi, menyakiti diri sendiri atau tindakan lain.

“Depresi tidak sekedar perasaan, kondisi depresi ada hypoactive di semua otak. Jadi fungsi yang ada tidak berjalan dengan baik.Depresi melibatkan neuroinflamasi, neurotransmitter imbalance, synapses diysfunction, dan impairment of neurogenesis. Terapi depresi tidak bisa dilkaukan secara singkat,” imbuhnya.

Manajemen emosi menurut dr. Santi ada banyak hal. Melalui perspektif kajian biologi, dr. Santi mengungkapkan bahwa anti galau tidak moody dan tidak overthingking itu tidak mungkin dilakukan. Dalam posisi ini ia justru memfokuskan pada bagaimana masing-masing individu berdamai dengan perasaan yang muncul tersebut.

“Emosi atau mood akan mempengaruhi performa diri. Perlu dicek apakah kondisi dan fungsi otak berjalan dengan baik, seperti: bagaimana pertumbuhannya, apakah ada lesi, infeksi, trauma atau kita sudah memasuki usia degeneratif,” tegasnya.

Dr. Santi juga memaparkan bahwa ketika seseorang sudah mengalami suasana yang memungkinkan perasaan tidak baik maka perlu cek energi, nutrisi yang dikonsumsi apakah menunjang kesehatan mental, kemudian mengecek kondisi gelombang otak atau program di dalamnya sudah berjalan dengan baik atau belum.

“Mulailah memprogram ulang otak dengan memahami bahwa otak sedang ada masalah, melatih stop untuk bertanya kenapa, mulai beriorientasi pada solusi, dan hanya menyakini dengan bukti. Selain itu mulailah untuk berlatih berpikir rasional dengan menetapkan prioritas hidup,” imbuhnya.

Seseorang memerlukan bantuan saat kondisi emosi tidak baik dan menetap selama 2 minggu, metode pertolongan diri gagal, hingga mengganggu fungsi kerja harian. “Mulailah berlatih meletakkan harapan tertinggi pada diri sendiri mulai berlatih membuat standar bahagiamu sendiri menjadi seperti mereka bukan jaminan bahagia,” pungkas dr. Santi.

Di sisi lain, Psikolog di layanan konseling FK-KMK UGM, Astuti dian Lestari, M.Psi., memaparkan mengenai beberapa hal yang mempengaruhi perilaku dan kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan professional.

Acara lunch discussion dengan moderator Dr. Rio Jati Kusuma, S.Gz., MS Ini dihadiri oleh ratusan peserta dari mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan FK-KMK UGM. (Wiwin/IRO).

Berita Terbaru