Peringati Hari AIDS Sedunia, FK-KMK Gelar Seri Diskusi Outbreak Exhibition

FK-KMK UGM. Dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2019 lalu, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar seri diskusi Outbreak Exhibition. FK-KMK UGM berkolaborasi dengan Healthier Indonesia dan HIV Awal (Early) Testing & Treatment Indonesia Project (HATI), mengangkat topik diskriminasi dan stigma yang diterima oleh penyintas HIV/AIDS di pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Jumat (20/12) di Ruang Auditorium Gedung Pascasarjana Tahir Foundation lantai 1.

“Kegiatan hari ini, merupakan kelanjutan dari kolaborasi dengan Smithsonian’s National Museum of Natural History (NMNH) dalam menyelenggarakan pameran ‘Outbreak’. HIV merupakan bagian dari salah satu outbreak yang masuk dalam program mereka”, papar dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD selaku Kepala Pusat Tropical Medicine FK-KMK UGM saat membuka kegiatan.

Kegiatan ini didasarkan pada fakta bahwa saat ini penyintas HIV/AIDS seringkali masih mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari masyarakat. Kegiatan dimulai dengan pemutaran video singkat yang berisi testimony para penyintas  ODHA terkait  diskriminasi yang pernah mereka alami ketika menerima pelayanan kesehatan. Faktanya sangat miris sekali bahwa masih terdapat penyintas HIV/AIDS yang mendapatkan perlakuan diskriminatif dari tenaga kesehatan yang seharusnya memberikan pelayanan adekuat tanpa melihat latar belakang pasien.

Selanjutnya sesi talk show dengan menghadirkan para narasumber yaitu dr. Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D., Sp.PD yang merupakan praktisi kesehatan dan akademisi FK-KMK UGM, serta March Setya Kurniawan dari Yayasan Vesta Indonesia, Ragil Sukoyo dari Yayasan Victoria Plus Yogyakarta, dan Vinolia Wakidjo pendiri LSM Keluarga Besar Waria Yogyakarta (Kebaya) yang juga fokus pada isu HIV/AIDS.  Fokus utama dalam talkshow kali ini yaitu diskriminasi dan stigma sosial yang dialami oleh para ODHA, secara umum, maupun di lingkungan pelayanan kesehatan, dan bagaimana hal tersebut berdampak pada rendahnya partisipasi penyintas untuk VCT maupun cakupan ART.  Sesi ini memberikan perspektif yang praktikal untuk memperkaya wawasan calon/para tenaga kesehatan yang hadir.

Dinas Kesehatan menggencarkan gerakan target 3-zero goal untuk mengakhiri epidemi HIV yaitu zero infeksi HIV baru, zero kematian terkait AIDS, dan zero diskriminasi pada tahun 2030. Akan tetapi, apakah kita bisa dengan melihat situasi sekarang (2019) masih terdapat perlakuan diskriminatif bahkan dari tenaga kesehatan yang seharusnya memahami betul mengenai penularan HIV/AIDS?”, papar Ragil Sukoyo. Para penyintas HIV/AIDS memerlukan adanya advokasi dan dukungan dari tenaga kesehatan, karena ketika seseorang sudah tidak nyaman mengakses layanan kesehatan, hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan angka putus obat dan perawatan.

Diskusi yang dipimpin oleh Christa Dewi, SKM., M.Nur., Ph.D ini, dr. Yanri menyampaikan, hal penting dari tenaga kesehatan yang pertama adalah menerima orang apa adanya, yaitu memiliki sikap humanity dan acceptance. Selanjutnya mengenai standard precaution. Dalam hal ini bukan hanya HIV precaution, akan tetapi kewaspadaan standar dalam memberikan layanan kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit belum menerapkan standard precaution dengan benar dilihat dengan adanya laporan kasus diskriminatif yang ada.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari berbagai kalangan yaitu mahasiswa S1, S2, S3, mahasiswa kesehatan, para penggiat HIV, puskesmas, dinas kesehatan. Dalam kesempatan ini juga dilakukan forum diskusi dengan para peserta acara. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang didampingi oleh satu fasilitator. Di setiap kelompok diberikan satu permasalahan stigma dan diskriminasi yang dihadapi para populasi rentan HIV/AIDS. Mereka mendiskusikan terkait ide inovatif untuk mengatasi permasalahan yang diberikan. Harapannya para peserta mendapatkan perspektif terkait solusi yang mereka buat, apakah solusi itu sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hasil dari diskusi tersebut, akan menjadi materi display untuk eksibisi selanjutnya. (Vania Elysia/Reporter)

Berita Terbaru