Pendekatan CQI Potensial Cegah Penularan HIV dari Ibu Hamil ke Anak

FK-KMK UGM. Eliminasi penularan HIV dari ibu ke anak merupakan salah satu prioritas utama di Indonesia. Prevalensi nasional HIV pada ibu hamil di Indonesia terus meningkat. “Saat ini angkanya sebesar 0.3 persen dengan perkiraan 230.000 ibu hidup dengan HIV,” jelas Prof. Ari Probandari, peneliti utama studi Menjaga. Studi ini merupakan kerja sama antara Pusat Kedokteran Tropis UGM, dengan Universitas Sebelas Maret, London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) dan University of New South Wales.

Bulan Desember merupakan bulan penting dalam upaya eliminasi HIV karena terdapat hari aids sedunia. Ini merupakan momentum global untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS, mendukung orang dengan HIV (ODHIV). Tema yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun ini adalah “Take the rights path: My health, my right!” Melalui tema ini, WHO menyerukan kepada masyarakat dunia untuk memprioritaskan akses universal terhadap layanan kesehatan, khususnya pencegahan, perawatan, dan pengobatan HIV tanpa diskriminasi.

Dalam konteks eliminasi HIV, layanan antenatal care (ANC) sangat penting karena berperan sebagai platform utama untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan HIV pada ibu hamil. “Sebetulnya penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya bisa dicegah,” jelas Prof. Ari. Syaratnya adalah ibu hamil dapat menjalani tes HIV sejak dini dan memulai terapi antiretroviral (ARV) bila diperlukan. Cakupan ANC yang baik dapat mewujudkan inisiatif 95-95-95 yang telah ditetapkan oleh WHO. Targetnya adalah 95% cakupan ANC, 95% cakupan tes HIV/sifilis/hepatitis B pada ibu hamil, dan 95% cakupan pengobatan untuk mereka yang dites positif HIV/sifilis/hepatitis B.

Studi yang masih berjalan di dua wilayah yaitu Kota Bandung dan Kabupaten Bogor ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi biaya dari intervensi peningkatan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement/CQI) dalam meningkatkan cakupan tes antenatal untuk HIV, sifilis dan hepatitis B. Inti dari CQI adalah melibatkan pelaksana layanan kesehatan secara aktif untuk mengidentifikasi masalah dalam proses layanan dan mencari solusi sederhana yang dapat diterapkan langsung. “Yang banyak aktif dan terlibat adalah teman-teman dari dinas (kesehatan) dan puskesmas,” jelas dr. Ira Dewi Jani, MT, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Awal November yang lalu dilaksanakan pertemuan CQI di kedua wilayah intervensi untuk mendiskusikan hal-hal yang telah dilakukan selama fase intervensi. Beberapa puskesmas menyampaikan hasil intervensi yang telah dilaksanakan selama tujuh bulan. Sebut saja Puskesmas Rusunawa, Kota Bandung. Pada Juni 2024, cakupan tes HIV/sifilis/hepatitis B pada ibu hamil di puskesmas ini sebesar 34% dengan menyasar 339 ibu hamil. Tim CQI Puskesmas menargetkan cakupan tersebut naik hingga 75% saat berakhirnya masa intervensi yakni di Bulan September 2024. Di akhir masa intervensi puskesmas bisa melampaui target dengan membukukan cakupan meningkat menjadi 85%. Target tersebut berhasil dicapai berkat intervensi yang dilakukan. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan jejaring layanan swasta atau praktik bidan mandiri yang ada di wilayah kerja puskesmas. Dalam kerja sama ini, puskesmas berperan menyediakan reagen, sedangkan jejaring melaporkan layanan test yang dilakukan di tempatnya. Bukan sekadar peningkatan angka cakupan, Puskesmas Rusunawa saat ini juga memiliki pencatatan dan pelaporan yang lebih rapi dan sistematis.

Manfaat serupa dirasakan oleh puskesmas lain. “Kami bersyukur menjadi salah satu puskesmas yang diintervensi secara langsung dalam studi ini,” ungkap dr. Ike Puri Purnama Dewi, Kepala UPTD Puskesmas Kopo, Kota Bandung. Pihaknya jadi tahu cara menganalisis permasalahan secara lebih mendalam. Selain itu indikator-indikator penentu keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang direncanakan juga jadi mudah diketahui.

Studi Menjaga saat ini dalam tahap pengambilan data endline dan evaluasi proses intervensi yang dilakukan oleh tiap puskesmas. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan studi ini adalah membantu layanan kesehatan agar cakupan tes pada HIV, sifilis dan hepatitis B meningkat. Dengan demikian para peneliti studi ini dapat berkontribusi dalam mewujudkan triple elimination, eliminasi penyakit HIV, sifilis dan hepatitis B di Indonesia. Studi ini menjadi salah satu langkah dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDG’s tujuan tiga Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan tujuan tujuhbelas Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Penulis: Muhammad Ali Mahrus. Editor: Dian Paramitasari)