HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) The Map of Nursing Diagnoses Based on NANDA 2007-2008 & ISDA serta Sendok untuk penderita Cerebral Palsy (CP)

HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) The Map of Nursing Diagnoses Based on NANDA 2007-2008 & ISDA serta Sendok untuk penderita Cerebral Palsy (CP)

Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Menurut UU yang telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 21 Maret 1997, HaKI adalah hak-hak secara hukum yang berhubungan dengan permasalahan hasil penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial (commercial reputation) dan tindakan / jasa dalam bidang komersial (goodwill).

Dengan begitu obyek utama dari HaKI adalah karya, ciptaan, hasil buah pikiran, atau intelektualita manusia. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Setiap manusia memiliki memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil cipta, rasa dan karsa setiap individu maupun kelompok.

Kita perlu memahami HaKI untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh setiap manusia, siapa saja yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan daya saing dalam penciptaan Inovasi-inovasi yang kreatif. (dikutip dari website http://dhiasitsme.wordpress.com/2012/03/31/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/)

The Map of Nursing Diagnoses Based on NANDA 2007-2008 and ISDA

Intansari Nurjannah, S.Kp., M.NSc.

Intansari Nurjannah S.Kp., M.NSc. adalah salah satu staf di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM yang telah bekerja di institusi ini sejak 1998. Saat ini ibu dari Abdullah Shidqi dan Isa sedang melanjutkan studi di James Cook University Australia (2011-2014). Sejak 2001, ibu Intansari telah menulis beberapa buku terkait dengan ilmu keperawatan. Pada tahun 2008 terbit karya dalam bentuk poster yang berjudul ‘The Map of Nursing Diagnoses Based on NANDA 2007-2008’. Karya ini memenangkan lomba HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang diadakan oleh DIKTI tahun 2008 dan telah dicetak ulang sebanyak tiga kali (terakhir pada April 2012). Karya ini merupakan poster yang memberikan gambaran mengenai kaitan antara satu diagnose keperawatan dengan diagnose keperawatan yang lain.

Tahun 2010, ibu Intansari menerbitkan beberapa buku keperawatan dan salah satu buku berjudul ISDA-Intan’s Screening Diagnoses Assessment (English version) diusulkan untuk mendapatkan sertifikat hak cipta.

Buku ISDA ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari para perawat di seluruh Indonesia dan telah mengalami cetak ulang sebanyak dua kali. Edisi terakhir – dalam bahasa Indonesia – habis dalam jangka waktu 3 bulan (14 Mei 2012 – 14 Agustus 2012). Bukti lain bahwa buku ini banyak diminati adalah adanya inisiatif untuk mendatangkan ibu Intansari ke institusi-institusi di seluruh Indonesia untuk lebih memahami isi dari buku ini.

Meskipun masih berstatus studi di luar negeri, tetapi setiap ada kesempatan mengunjungi Indonesia – dalam proses mengumpulkan data untuk proses studi, banyak institusi yang mengajak berdiskusi terkait dengan buku ISDA dan The Map of Nursing Diagnoses Based on NANDA 2007-2008. Diawali dengan kegiatan di dua institusi di Yogyakarta pada Juli dan Agustus 2011, serta diikuti institusi keperawatan di Palembang dan Purwokerto pada Januari 2012.

Pada pengumpulan data penelitian untuk proses studi S3-nya yang lain pada bulan Mei-Juni 2012 (selama dua minggu) di Indonesia, beberapa institusi juga memanfaatkan kedatangan ibu Intansari untuk mendiskusikan buku ISDA dan Poster tersebut dalam workshop ‘nursing update’ yaitu di Medan, Bengkulu, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Makasar, Surabaya, Mataram, Jakarta dan Bali. Beberapa daerah lain yang juga berkeinginan untuk mengundang, tidak dapat dipenuhinya karena ibu Intansari harus kembali ke Australia pada 2 Juni 2012.

Meskipun tidak ada lagi kesempatan kembali ke Indonesia untuk mengumpulkan data bagi proses studi S3-nya, tetapi beberapa institusi di seluruh Indonesia tetap berkeinginan untuk mengundang ibu Intansari untuk acara workshop dengan materi yang sama pada Mei-Juni 2012 dengan menundang langsung dari Australia. Kegiatan workshop ini juga direncanakan pada 19 November – 5 Desember 2012 di 11 titik lokasi di Indonesia yaitu di Bali, Cirebon, Mataram, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Manado, Surakarta, Samarinda, Bandung dan Palu. Seluruh institusi yang berinisiatif menyelenggarakan bersama-sama mengelola pembiayaan dan perencanaan kegiatan ini.

Saat ini ibu Intansari sedang merencanakan untuk mempublikasikan buku ini di kalangan perawat di seluruh dunia dengan rencana mempublikasikan hasil penelitian mengenai ISDA dan poster ini dalam jurnal dan konferensi internasional.

Sendok Untuk Penderita Cerebra Palsy

Sri Hartini, S.Kep.,Ns., M.Kes.; Elsi Dwi Hapsari, SKp., M.S., D.S; Widyawati, SKp., M.Kes.; Khudazi Aulawi, SKp., M.Kes.; dan Prof. Sunartini Hapsara, Sp.A (K)., PhD

Insiden penderita Cerebral Palsy (CP) berkisar antara 1,7 – 2,5 per 1000 kelahiran hidup di negara berkembang (Winter S., et al, 2002). Studi pendahuluan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% anak CP tidak bisa menggunakan sendok atau selalu mengalami kesulitan dalam menggunakan sendok.

Sendok yang selama ini dikenal dan digunakan adalah sendok dengan tangkai sendok lurus, tidak ada sudut kelengkungan dan tidak ada palang penahan jari tangan. Sendok tersebut sulit digunakan oleh penderita CP yang mengalami kekakuan jari tangan, keterbatasan gerak dan defisiensi kemampuan memegang dan menggenggam.

Sendok untuk penderita Cerebral Palsy (CP) yang sudah melewati pemeriksaan substansi hak paten ini, dihasilkan dari penelitian yang dibiayai oleh Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) pada tahun 2010 dan produk penelitian ini memenangkan program Hibah Kompetensi Potensial HAKI (PHK-Potensial HAKI, 2010).

Inovasi ini dapat mengatasi permasalahan penderita CP dalam menggunakan sendok dimana sendok tersebut dirancang dengan sudut kelengkungan pada tangkai sendok dan dilengkapi dengan palang penahan.

Fokus dari inovasi ini adalah sudut kelengkungan sendok yang merupakan sudut yang dihasilkan dari pengukuran 51 anak cerebral palsy, khususnya jarak antara jari sampai mulut penderita CP pada saat menggerakan jari kearah mulut. Jarak dari 51 anak CP tersebut berkisar antara 0–11 cm. Dengan rentang jarak tersebut, dihasilkan sudut pada siku dalam antara 45o sampai 90o. Dengan hasil tersebut maka kelengkungan antara tangkai sendok dan kepala sendok yang sesuai adalah  450 + 900 =135o.

Selain sudut kelengkungan sendok ini, juga didesain dengan palang penahan pada tangkai sendok sehingga palang pada tangkai sendok tersebut dapat menahan jari tangan penderita CP yang mengalami kekakuan, dan defisiensi fungsi memegang dan menggenggam. Panjang tangkai dan kepala sendok serta lebar kepala sendok didesain menyesuaikan dengan sendok yang ada pada umumnya.

Selain hal tersebut diatas, bahan untuk membuat sendok ini juga aman, murah dan mudah didapat, karena dibuat dari kayu sonokeling yang yang tahan lama, ringan, tidak mengandung zat kimia, dan masih banyak tersedia di Indonesia.

Klaim atau hak perlindungan pada hak paten ini adalah sendok untuk Penderita Cerebral Palsy (CP) yang dilengkapi dengan palang penahan pada tangkai sendok dan sudut kelengkungan 135o pada tangkai sendok ke kepala sendok.

Sendok ini pernah didisplay di beberapa event, yaitu: 2nd Indonesian Industry Forum Research (2nd IIRF), pameran International Local Wisdom di UGM. Pameran ilmiah dalam rangka Dies Natalis UGM tahun 2012 serta dipublikasikan dalam jurnal Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Tepat Guna (TTG), Buku 2nd IIRF, Buku Riset Industri UGM. (DianHumas)

Berita Terbaru