FK UGM Inisiasi Personalized Medicine melalui Data Genetik dan Epigenetik

[slideshow_deploy id=’13105′]

FK-UGM. Penanganan kanker memerlukan satu data genetik untuk populasi Indonesia bahkan populasi Asia yang memiliki keunikan yang berbeda dari orang-orang Kaukasian. Hal tersebut diperlukan untuk menghadapi era personalized medicine yang sudah lebih dulu dikembangkan di luar negeri. Pengobatan ini dilakukan dengan melihat faktor genetik penderita kanker untuk melakukan penanganan terbaik karena setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap pengobatan dan terapi yang dilakukan.

“Bukan hanya data genetik tetapi epigenetik juga harus masuk dalam sistem diagnostik terapi untuk kanker. Jika hanya dari genetik saja keberhasilan pengobatan kanker masih jauh daripada sempurna. FK UGM yang sudah memulai personalized medicine akan bekerjasama dengan Malaysia untuk data epigenetik,” papar Prof. dr. Sofia Mubarika H, M.Med.Sc., Ph.D salah satu narasumber Winter Course 2017 on Oncology dalam konferensi pers yang diselenggarakan Senin (16/1) di ruang eksekutif gedung KPTU lantai 2 FK UGM.

Ketua Panitia, dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA menuturkan bahwa Winter Course 2017 on Oncology yang akan dilaksanakan selama dua pekan (tanggal 16-27 Januari 2017) ini juga dilatarbelakangi oleh fakta dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 yang menyebutkan bahwa pada tahun 2012 sudah sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Lebih jauh lagi, Gunadi memaparkan bahwa Fakultas Kedokteran UGM juga ingin ikut serta dalam salah satu target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) di bidang kesehatan terutama dalam masalah penanganan kanker.

Program Winter Course 2017 diikuti oleh 17 mahasiswa asing dari Malaysia dan Thailand serta 28 mahasiswa FK UGM Program Studi Pendidikan Dokter, Keperawatan, Gizi Kesehatan. “Peserta akan belajar mengenai ilmu pengobatan klinis dan teknik-teknik pemeriksaan laboratorium dari para ahli yang sudah berpengalaman dalam penanganan kanker,” imbuh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dr. Gandes Retno Rahayu M.Med.Ed, PhD.

Tipe-tipe kanker yang bukan hanya ada di Indonesia, tetapi juga di USA, Eropa dan juga negara-negara lain adalah kanker payudara, kanker kolorektal, kanker serviks, kanker neuroblastoma pada anak, dan kanker darah. Tetapi, ada juga yang sangat tipikal Indonesia dan Asia seperti kanker nasofarink. Di Eropa ada kanker nasofarink tetapi di Indonesia prevalen. “Di negara Eropa faktor risiko kanker kolorektal atau kanker usus disebabkan oleh konsumsi daging 200 gram sedangkan pasien penderita kanker di Indonesia tidak ada yang memakan daging sebanyak itu. Jadi mungkin ada faktor risiko tersendiri, baik dari segi genetik yang studinya bisa dibantu dengan bioinformatika atau pun faktor risiko lain,” terang dr. Susanna Hilda Hutajulu, Sp. PD-KHOM., Ph. D.

dr. Sri Mulatsih, PhD., SpA(K) menuturkan bahwa saat ini terjadi peningkatan jumlah pasien kanker leukemia pada anak dibanding tahun sebelumnya semenjak ada jaminan dari BPJS di RS. Sardjito. “RS. Sardjito bukan hanya mendapat pasien dari daerah Yogyakarta, tetapi juga menjadi rumah sakit rujukan di Jawa dan luar Jawa. Jika sebelumnya hanya ditemukan 50-60 kasus baru, tetapi sekarang mencapai 130,” tegasnya.

Terlepas dari fakta dan data mengenai kanker tersebut, beberapa peserta Winter Course merasa senang mengikuti program ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Anggi Laksmita Dewi mahasiswa UGM dan Diana Zain mahasiswa Cyberjaya University College of Medical Sciences Malaysia. Anggi yang mengaku tertarik memperdalam mengenai DNA merasa senang mendapat ilmu yang sangat bermanfaat dari para ahli.  Senada dengan Anggi, Diana juga merasa senang karena melalui program ini dirinya bisa belajar lebih dalam mengenai perkembangan dan cara penanganan onkologi. “Saya juga terkesan dengan keramahan orang Indonesia,” tuturnya. (Mega/Kontributor)

Berita Terbaru