BreaK 2023 Wrap Up

FK-KMK UGM. BreaK (Bicara tentang Kualitatif) akhirnya mencapai sesi #67 yang menjadi episode penutup di tahun 2023. Agenda wrap up tersebut dilaksanakan pada Jumat (8/12) secara daring melalui kanal Youtube HPM FK-KMK UGM.

M. Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., Ph.D selaku moderator mengungkapkan bahwa BreaK hadir pertama kali pada tahun 2021 dengan misi untuk berbagi di masa pandemi dan membangun komunitas peneliti kualitatif. Pada tahun-tahun selanjutnya, BreaK terus mengalami evolusi.

Salah satu evolusi BreaK yang mendapat respon baik adalah Klinik BreaK. Program tersebut memberikan kesempatan untuk mahasiswa bisa melakukan konsultasi terkait penelitiannya. “Pada masa itu Klinik BreaK selalu penuh karena setiap minggu ada banyak mahasiswa yang mendaftar, padahal kuota kami tidak banyak,” jelas Sinta.

Pada tahun 2023, BreaK kembali merilis program baru bernama Paper Story. Program ini memungkinkan peneliti untuk menceritakan kembali hasil penelitiannya. Tak hanya itu, melalui Paper Story, peneliti lain juga bisa mendiskusikan penelitian yang serupa dengan narasumber.

Inisiatif BreaK (Bicara tentang Kualitatif) oleh HPM FK-KMK UGM, terutama melalui program Klinik BreaK dan Paper Story, secara tidak langsung mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan nomor 4: “Pendidikan Berkualitas” dan tujuan nomor 17: “Kemitraan untuk Mencapai Tujuan”. Melalui penyediaan platform bagi mahasiswa dan peneliti untuk berbagi dan mendiskusikan penelitian kualitatif, BreaK telah memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman, memperkuat komunitas peneliti, dan mendukung pembangunan kapasitas akademik. Program seperti Klinik BreaK, yang memberikan kesempatan konsultasi penelitian, dan Paper Story, yang memungkinkan narasi ulang penelitian, menunjukkan komitmen terhadap pendidikan yang inklusif dan kualitatif, serta memperkuat jaringan kerjasama antar peneliti, yang keduanya merupakan elemen penting untuk mencapai pendidikan berkualitas dan mempromosikan kemitraan yang efektif dalam konteks global.

Menurut Sinta, tantangan terbesar selama menyajikan BreaK adalah improvisasi yang selalu muncul dalam setiap sesi. Walaupun konsep sudah dipikirkan dengan matang, selalu ada pertanyaan-pertanyaan tak terduga dari audiens yang harus dijawab dalam sesi tersebut. “Tapi tantangan itu justru menjadi ladang belajar bagi saya,” ungkapnya.

Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D, salah satu tim BreaK mengungkapkan bahwa perjalanan BreaK dari awal kemunculannya hingga saat ini sangat luar biasa. Meskipun sempat hiatus, BreaK bisa kembali lagi dengan program-program yang lebih segar. “Tidak menyangka, awalnya hanya dari obrolan biasa bisa menjadi besar seperti sekarang ini,” jelas Prof. Uut. (Nirwana/Reporter. Editor: Nur Ayu Fitriani)

Berita Terbaru