ASM 2019: Reorientasi Pembangunan Kesehatan Indonesia

FK-KMK UGM. Seminar utama Annual Scientific Meeting (ASM) 2019 kembali digelar, Senin (4/3) di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Seminar tahunan dalam rangka memperingati Dies Natalis FK-KMK UGM ke-73, HUT RSUP dr. Sardjito ke-37, HUT RS Akademik UGM ke-7 dan HUT RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ke-91 pada tahun ini mengusung tema “Reorientasi Kedepan Pembangunan Kesehatan di Indonesia Meningkatkan Kemanusiaan, Kesejahteraan dan Keadilan Sosial”.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti RI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, keynote speaker dalam seminar ini memaparkan data-data permasalahan kesehatan yang dihadapi Indonesia saat ini. Salah satu poin menarik yang disampaikan oleh Prof Ali Ghufron dalam presentasinya adalah reorientasi kebijakan dan perubahan mindset ke arah promosi dan prevensi kesehatan.

“Kalau seorang menggerakan promosi/prevensi dia dapat apa? Berbeda dengan kuratif, anda datang saya kasih obat bayarannya jelas karena ada kapitasi, ada INA-CBGS. Ini tentu jadi PR kedepan,” tuturnya.

Selanjutnya, pada sesi pertama, tiga narasumber yakni Drs. Eduard Sigalingging, M.Si, Direktur Sinkronikasi Urusan Pemerintahan Daerah III, Kemendagri,  Dr. Budiharha Singgih, MPH, Senior Konsultan USAID dan drg. Oscar Primadi, MPH, SekJend Kemenkes RI memaparkan kebijakan dan koordinasi antara Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Daerah. Dalam paparannya, drg. Oscar Primadi, MPH menjelaskan bahwa kementerian telah berupaya meningkatkan APBN untuk perbaikan sarana dan prasarana faskes tingkat pertama.

Berbeda dengan ketiga narasumber sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A menyajikan presentasi yang mampu membuka mata para audiens. dr. Nuhandini bercerita tentang disparitas antara kebijakan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang tidak merata. “Bisa dilihat, tenaga kesehatan masing terpusat di Jawa, yang kedua di Sumatera. Padahal di Maluku sana kekurangan dokter sebanyak 44%,” jelasnya.

Sesi kedua, menghadirkan Ketua Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK), Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D; Ketua Umum PERSI, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes serta guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Prof. Dr. Ascobat Gani, MPH., Dr.PH. Dalam presentasinya yang berjudul Pembiayaan Kesehatan dengan JKN, Prof. Laksono mengungkapkan keprihatinan terkait kondisi BPJS saat ini. “Sekarang kita lihat, pendapatan negara kita dari pajak hanya 10% dan pajak ini digunakan untuk nalangi BPJS. Bandingkan dengan Skandinavia yang sampai 30%. Jadi, kesimpulannya orang-orang kita ini bayar sedikit tapi maunya banyak”, ungkapnya.

Sesi terakhir adalah talkshow yang meghadirkan sektor non-pemerintah dalam rangka reorientasi kebijakan dan pembangunan kesehatan. Bersama dengan Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.KK mewakili kalangan akademisi, ketua bidang kesehatan PP Muhammadiyah dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes, Sp.S, Ketua IAKMI Dr. dr. Mubasyir Hassan Basri, MA serta tak lupa juga CEO PT. K24 Indonesia dr. Gideon Hartono sesi talkshow dimulai tengah hari dengan suasana santai. dr. Gideon Hartono mengajak peserta seminar untuk melangkah lebih jauh ke masa depan dengan menyajikan presentasi bertemakan artificial intelligent di bidang kesehatan.

Tak lupa, mewakili NGO, dr. Agus Taufiqurrahman menyampaikan pentingnya pemerintah menggandeng NGO dalam menyukseskan program kesehatan. “Masalah ASI misalnya, setelah PP Muhammadiyah gencar melalukan promosi dengan mengutip ayat 233 QS. Al Baqarah yang berbunyi para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, maka gerakan ASI berjalan hingga saat ini sebab masyarakat akan mengikuti program dengan landasan teologi yang kuat,” tutup dr. Agus mengakhiri presentasi. (Alfi/Reporter)

Berita Terbaru