Berkaitan dengan pentingnya pemanfaatan tanaman herbal yang ada di Indonesia, Pusat Kedokteran Herbal Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang bekerja sama dengan IDI, IAI, SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisioanl) Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Bagian Farmakologi dan Terapi mengadakan Pelatihan Herbal untuk Dokter, Perawat dan Apoteker. Program ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang spesifikasi bahan herbal sampai ke penggunaannya, memberikan keterampilan dasar tentang pengelolaan dan pengujian khasiat herbal, memberi wawasan kepada peserta tentang scientifikasi jamu, dan membekali peserta untuk dapat melakukan scientifikasi jamu dengan melakukan penelitian berbasis pelayanan.
Program ini adalah inisiasi untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang pemanfaatan bahan herbal untuk bersama-sama bersinergi bersama dengan obat konvensional. Kepala Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer Dr. H. Abidinsyah Siregar, DHSM., M.Kes. menuturkan bahwa sejak tahun 2010, pelayanan kesehatan tradisional menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan strategis Kementrian Kesehatan 2010-2014. “Nah pada saat yang sama, ternyata dunia juga sedang berkembang back to nature. Beberapa rekomendasi WHO dan negara-negara ASEAN juga memerintahkan untuk integration of traditional medicine ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal”.
Pelatihan pertama diadakan pada Sabtu (09/11) di Gedung Radiopoetro lantai tiga Fakultas Kedokteran UGM. Rencananya, pelatihan ini akan berlangsung selama lima minggu pada setiap akhir pekan agar tidak mengganggu aktifitas baik peserta maupun instruktur dan panitia penyelenggara. Untuk mendapatkan sertikat pendidikan yang sah, peserta harus mengikuti pelatihan selama minimal 50 jam dan berhasil melewati ujian baik ujian tertulis, ujian keterampilan medik, responsi praktikum, maupun ujian akhir. Standar nilai minimal yang harus dicapai untuk lolos ujian tersebut adalah 7.
Pelatihan ini tidak hanya dilakukan dengan sebatas teori dan kuliah interaktif di dalam ruangan, melainkan diadakan pula praktikum antara lain pembuatan ekstrak hingga mengkritisi suatu jurnal yang berkaitan dengan herbal. Kuliah lapangan dilakukan melalui kegiatan kunjungan ke Balai Tanaman di Tawangmangu. Kuliah keterampilan medik berisi tentang penanganan misalnya pada sepuluh kasus yang ada di DIY, yang langsung diampu oleh ekspert yang sudah berpengalaman di RSUP Dr. Sardjito.
Peserta yang turut berpartisipasi adalah dokter, apoteker, perawat serta paramedis dari berbagai puskesmas yang ditunjuk langsung dari Dinas Kota, diantaranya adalah Puskesmas Gondomanan dan Wirobrajan. Pemilihan tersebut ditunjuk oleh Dinas Kota DIY. Tanggapan positif diungkapkan oleh Harti, salah satu peserta pelatihan utusan dari Puskesmas Gondomanan “bagus acaranya, mungkin bisa lebih sering diadakan, kalau Fakultas Kedokteran UGM kan jelas sudah punya Pusat Kedokteran Herbal. Ya, dengan adanya pelatihan ini kita bisa mengimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari, mungkin bisa dengan pelayanan ke pasien juga. Walaupun memang untuk pengobatan tradisional memang membutuhkan tenaga lebih banyak,ya”. Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. Mae Sri Hartati W., M.Si., Apt selaku ketua Pusat Kedokteran Herbal dan ketua panitia menuturkan “Puskesmas Gondomanan merupakan suatu puskesmas yang menerapkan pengobatan dengan menggunakan komplementari dari herbal, sehingga harapannya dengan melakukan pelatihan ini dapat secara fasih dalam menggunakannya karena nanti ini bersertifikat pendidikan”
Diharapkan, ke depan masyarakat dapat secara luas mengetahui dan menggunakan serta memanfaatkan herbal dengan sebaik-baiknya. “Prospek dan masa depan penggunaan herbal itu sebenarnya sudah nyata ada, tinggal bagaimana kita mengembangkan ini melalui tangan-tangan para dokter, para dokter gigi, para apoteker, untuk bisa menggunakan ini sehingga semakin banyak digunakan dalam masyarakat”, pungkas Bapak Abidinsyah Siregar. (Fauziah Oktavira/GK’10)