FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada meluluskan mahasiswa Program Studi Doktor, Dr. dr. Ahmad Zulfan Hendri, Sp.U(K), dengan predikat Cumlaude sebagai Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Dalam ujian terbuka di Auditorium Lantai 8 Gedung Tahir Foundation FK-KMK UGM pada Kamis, (16/01). dr. Ahmad memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Nilai Prediktif Ekspresi Biomarker Protein TOP2A, Long Non-Coding RNA Linc00346, UCA1, mRNA FGFR3 dan OTX1 Terhadap Respon Terapi Doksorubisin Intravesika Pada Pasien Karsinoma Kandung Kemih Non-Invasif Otot (KKKNIO)”.
Penelitian berlatar pada kanker buli dan merupakan studi kohort retrospektif yang mengevaluasi hubungan antara ekspresi protein TOP2A, long non coding RNA LINC00346 dan UCA1, serta mRNA FGFR3, dan OTX1 pada jaringan KKKNIO dengan respons terhadap terapi doksorubisin intravesika. dr. Ahmad melakukan penelitian dari Januari 2018 hingga Desember 2023 di RSUP Dr Sardjito dan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dengan melibatkan 39 pasien KKKNIO. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu Protokol Terapi Doksorubisin, Isolasi dan Kuantifikasi RNA dengan qRT-PCR, Imunohistokimia TOP2A, dan Analisis Data.
“Saya tertarik dengan respons terapi karena salah satu titik krusial ketika menemukan pasien dengan non massal invasif adalah bagaimana upaya kita agar pasien tidak jatuh pada stage yang lebih lanjut, karena mortalitas dan morbiditas pada pasien akan lebih buruk,” kata dr. Ahmad.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien KKKNIO dengan ekspresi TOP2A tinggi memiliki respons yang lebih baik terhadap pemberian terapi doksorubisin dan memiliki RFS yang lebih panjang setelah terapi doksorubisin. TOP2A memiliki potensi sebagai biomarker prediktor terapi doksorubisin secara independen. Pasien KKKNIO dengan tingkat ekspresi FGFR3 tinggi juga menunjukkan respons yang lebih baik terhadap pemberian terapi doksorubisin. Namun, tingkat ekspresi FGFR3 tidak menunjukkan perbedaan RFS.
Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara ekspresi OTX1, LINC00346 dan UCA1 dengan respons terapi doksorubisin dan RFS pada pasien KKKNIO. Meskipun tidak memiliki perbedaan rerata ekspresi yang signifikan, ekspresi LINC00346 tampak lebih tinggi pada kelompok pasien nonresponsif doksorubisin. Oleh karena itu, ekspresi FGFR3, OTX1, LINC00346 dan UCA1 tidak dapat menjadi prediktor independen respons terhadap terapi doksorubisin pada KKKNIO.
“Penelitian berikutnya adalah bagaimana kita meningkatkan efektivitas dari doksorubisin. Pertama, kita butuh penelitian untuk dose effectiveness secara jelas. Kedua, perlu kita lakukan penelitian kembali untuk melihat jadwal dan dose yang efektif untuk meningkatkan luaran onkologinya. Ketiga, kita mulai mengkaji faktor-faktor tambahan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan efektivitas dengan pemberian zat tertentu yang bisa mengubah microenvironment pada daerah kandung kemih, yang mungkin akan meningkatkan adsorpsi obat ke dalam intraseluler,” tutup dr. Ahmad.
Ujian terbuka Program Studi Doktor pada penelitian dr. Ahmad tersebut menjadi bagian dari upaya FK-KMK UGM dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Penulis: Citra/Humas)