Satu Dasawarsa Hidup Berdampingan dengan Nyamuk Ber-Wolbachia

FK-KMK UGM. Sudah 1 dasawarsa warga Yogyakarta hidup bersama dengan nyamuk ber-Wolbachia. Wolbachia merupakan bakteri alami di serangga dan sekitar 6 dari 10 jenis serangga di dunia termasuk kupu-kupu, lalat buah, dan lebah. Bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata yang lain, dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit.

Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue. Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus tidak dapat berkembang biak.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan, dr. Lana Unwanah mengatakan bahwa tahun 2023 ini tercatat hanya ada 67 kasus Demam Berdarah di Yogyakarta. Ini merupakan angka paling rendah sepanjang sejarah kasus Demam Berdarah di Yogyakarta. Hal tersebut tak lepas dari upaya yang dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk dengan metode 3M, jumantik, dan intervensi WMP (World Mosquito Program) dari Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM.

Pelaksanaan program WMP (World Mosquito Program) dari Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM merupakan salah satu bentuk kontribusi dari FK-KMK UGM dalam mendukung tercapainya SDGs poin ke-3, Good Health and Well-Being.

Riris Andono Ahmad, MD, MPH, Ph.D (Direktur Pusat Kedokteran Tropis) mengungkapkan bahwa Wolbachia adalah teknologi yang ramah lingkungan dan sustainable. “Meskipun dilakukan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di wilayah yang telah ditentukan, hal tersebut tidak akan membuat populasi nyamuk langsung meningkat drastis,” tambah dr. Riris.

Totok Pratopo, salah seorang tokoh masyarakat dari wilayah yang digunakan sebagai tempat pelepasan nyamuk ber-Wolbachia menceritakan kembali masa-masa sebelum tahun 2018. Menjelang musim penghujan, dirinya yang menjabat sebagai Ketua RW setempat merasa was-was apabila warganya terjangkit Demam Berdarah. Namun, hal tersebut sudah tidak ia rasakan lagi sejak adanya WMP ini. Di wilayahnya, saat ini sudah tidak ditemukan kasus Demam Berdarah.

Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D, peneliti utama nyamuk ber-Wolnachia menjelaskan hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut. Nyamuk ber-Wolbachia terbukti menurunkan 77% kasus dengue dan 86% rawat inap karena dengue. Angka ini bukan angka yang kecil. Menurutnya, sampai saat ini timnya masih melakukan monitoring terhadap program ini. Per September 2023, insidensi DBD di Kota Yogyakarta stabil rendah pada periode pelepasan Wolbachia di seluruh Kota Yogyakarta dibandingkan dengan periode sebelum Wolbachia dilepaskan. (Nirwana/Reporter. Editor: Tiara Kurniasari)