Workshop Bioetik

FK-UGM. Pembahasan mengenai prinsip dan isu terkait bioetik dan perannya dalam ranah pelayanan medis menjadi topik hangat dalam ruang diskusi pada Intensive Workshop on Clinical Ethics yang dihelat oleh CBMH FK UGM dan Harvard Medical School. Workshop ini merupakan rangkaian konferensi Bioetik yang digelar dari tanggal 3 – 5 Januari 2018. Dalam workshop ini membahas lebih dalam mengenai prinsip-prinsip bioetika yang dikemas dalam bentuk contoh kasus, sehingga akan lebih mudah merefleksikan dalam kegiatan pelayanan sehari-hari bagi tenaga medis.

Prof. Dr. dr. Soenarto Sastrowijoto, Sp.THT-KL(K) memaparkan bahwa sesuai dengan tema besar konferensi dan workshop yang dihelat mengenai Ethics for the Vulnerable, dalam kegiatan pelayanan medis khususnya dokter jelas akan selalu berhadapan dengan vulnerable subjek sehingga kegiatan ini berperan penting dalam perbaikan dalam penerapan bioetik di pelayanan kesehatan. Pembicara dari Harvard Medical School yaitu Christine Mitchell, RN, MS, MTS, FAAN; Jolion McGreevy, MD, MPH, MBE, MST; Rebecca Brendel, JD, MD memaparkan mengenai prinsip-prinsip bioetika terkait dengan empat (4) prinsip utama yaitu respect for autonomy, beneficience, non-malificience dan justice.

Selain itu, para pembicara dari Harvard Medical School juga memaparkan mengenai metode-metode dan teori analisis etik diantaranya Principlism, Consequentialism, Virtue Ethics, Casuistry, Feminist Ethics dan Narrative Ethics. Terlepas dari 4 prinsip dasar dalam penerapan pelayanan medis, Mitchell menyampaikan prinsip-prinsip lain yang dapat pula digunakan sebagai pedoman dalam penerapan bioetik diranah pelayanan medis, yaitu: Reparation, Fidecity, Gratitude, Self-improvement (W.D Ross), Utility, Principle of Double Effect dan Harmony. Menurut Mitchell, pertanyaan yang perlu dijawab dalam Workshop ini adalah darimana asal prinsip ini, dan mengapa prinsip ini penting dan perlu untuk digunakan. Pada sesi diskusi peserta membahas secara mendalam metode Ethical Analysis yang mencakup kelebihan, kekurangan, dan contoh kasus dalam aplikasinya di bidang pelayanan kesehatan. Salah satu poin yang diangkat oleh Mitchell yakni Casuistry, dimana dalam penerapannya diperlukan pendekatan paradigma dan analogi guna tercapainya analisis etik secara tepat. Disisi lain, kekurangan metode ini yakni, metode ini bergantung pada masing-masing pengalaman dari tenaga kesehatan. Diakhir diskusi McGreevy turut menambahkan bahwa metode dan teori analisis etik ini berperan sebagai payung dari prinsip dan metode lain dalam penerapan dan menggambarkan keseluruhan keadaan hingga aspek psikologis.

Pada workshop yang dihelat di Jogjakarta Plaza Hotel dibagi menjadi 3 topik utama meliputi Conjoint Twin Craniopagus, Palliative Care for Pediatric Cancer Patient dan Case of Medical Insurance Scheme Affeting Ethical Practice. Pembahasan mengenai bioetik dalam kasus riil diharapkan mampu memberikan pengalaman bagi seluruh peserta dalam menerapkan prinsip-prinsip bioetik dan metode analisis etik dalam pelayanan kesehatan yang secara jangka panjang dapat berperan meningkatkan kualitas pelayanan. (Rafi/Reporter)