Winter Course Oncology: Mahasiswa FK, Pemimpin Masa Depan Bidang Kesehatan

poster winter course_JP 2017

FK-UGM. Mahasiswa Fakultas Kedokteran diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan di bidang kesehatan. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., PhD., saat mengawali agenda Winter Course 2017 Oncology, Senin (16/1) di ruang rapat Senat gedung KPTU lantai 2 Fakultas Kedokteran UGM. “

“Kita perlu belajar bersama untuk memecahkan masalah kanker. Winter Course memberikan kesempatan untuk belajar melalui direct observation, learning practice, going to the community, maupun clinical practice terkait penyakit ini”, papar dr. Gandes.

Secara nasional, prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 persen atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Hasil olah Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Badan Litbangkes dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yakni sebesar 4,1 persen. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta kasus pada tahun 2012 menjadi 22 juta kasus dalam dua dekade berikutnya. Hal ini membuktikan bahwa kanker masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Pemerintah saat ini pun masih memberikan perhatian serius untuk penanganan kasus kanker dan memasukkan kasus ini dalam salah satu target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) bidang kesehatan.

Melalui program Winter Course, peserta akan mendapatkan paparan penanganan kasus kanker secara efektif mulai dari pemahaman mendasar tentang kanker, pencegahan (misalnya: quit tobacco program, health life style), penegakan diagnosis dan tata laksana terapi kanker terkini dengan pendekatan molecular genetics baik oleh pembicara ahli Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr. Sardjito dan dosen asing dari universitas mitra Luar Negeri yaitu Kobe University, Malaya Medical Center, USM, IMU, Nepal Medical Center, Chiang Mai University, dan Oklahoma Research Center dilanjutkan dengan kunjungan ke RSUP Dr. Sardjito  dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Yogyakarta serta hands-on (pelatihan) pemeriksaan laboratorium terkait penegakan diagnosis dan terapi kanker.

Salah satu kekhasan Winter Course ini adalah bahwa selain diikuti oleh peserta Prodi Dokter Fakultas Kedokteran, juga menggandeng peserta dari Prodi Keperawatan, Gizi Kesehatan, Geneticist, Bioinformaticist, dan Public Health dalam penanganan kanker.

“Harapan ke depan, program ini menjadi awal agar kita mampu mengembangkan personal genome data. Bioinformatik diperlukan dalam hal ini, bahkan tidak hanya genetic saja tapi juga epigenetic harus masuk dalam diagnostik terapi”, imbuh PProf. dr. Sofia Mubarika H, M.Med.Sc., Ph.D saat disinggung mengenai pengetahuan genetik pada pasien kanker, Senin (16/1) di ruang eksekutif gedung KPTU lantai 2 Fakultas Kedokteran UGM.

Selain itu, paradigma penanganan kanker yang semula lebih banyak pada upaya penyembuhan dengan menggunakan terapi obat akan diupayakan menjadi penanganan secara menyeluruh (holistik), yakni dengan memahami prinsip dasar dan manajemen kanker secara holistik baik terapi medis, keperawatan dan nutrisi serta gaya hidup sehat. Mengapa hal ini dilakukan?. Sebagian besar kasus kanker muncul selain dari faktor genetik juga dipicu oleh gaya hidup tidak sehat. Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan yaitu: pertama, indeks massa tubuh tinggi; kedua, kurang konsumsi buah dan sayur; ketiga, kurangnya aktivitas fisik; keempat, penggunaan rokok dan yang kelima, konsumsi alkohol berlebihan.

Puluhan calon tenaga kesehatan dari University Sains Malaysia (USM), International Medical University (IMU) Malaysia, Chiang Mai University Thailand, CyberJaya University Malaysia dan Fakultas Kedokteran UGM yang mengikuti pelatihan ini kesemuanya memiliki keseminatan dalam penanganan kanker.  Kegiatan pelatihan yang akan digelar selama dua pekan ke depan (16-27 Januari 2017) diharapkan mampu menjadi forum pembelajaran mahasiswa antar negara mulai dari pengenalan basic principles of cancer, pencegahan, penegakan diagnosis maupun upaya terapi secara holistik, sehingga penderita kanker secara khusus mampu tertangani dengan baik serta membantu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita kanker. (Wiwin/IRO)