Webinar PKMK FK-KMK UGM: Sinergi Kebijakan dan Data untuk Pengendalian Diabetes Melitus

FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan webinar bertajuk Review Kebijakan Diabetes Melitus Tahun 2024 berbasis Transformasi Sistem Kesehatan dan Outlook 2025 pada Kamis (30/01/2025). Webinar ini bertujuan untuk meninjau kebijakan yang telah diterapkan dalam pencegahan dan pengendalian Diabetes Melitus di Indonesia serta mengeksplorasi langkah strategis ke depan melalui pendekatan transformasi kesehatan.

Acara dibuka oleh Prof. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD., Guru Besar FK-KMK UGM, yang menekankan pentingnya pemanfaatan Dashboard Digital sebagai alat bantu dalam menghasilkan tinjauan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy making). Melalui dashboard ini, pemangku kepentingan dapat mengakses data terkini terkait Diabetes Melitus untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Prof. Laksono mendorong peserta webinar untuk berperan aktif sebagai mitra dalam pengumpulan dan analisis data dari berbagai daerah.

Paparan utama disampaikan oleh Candra, SKM., MPH., peneliti dari PKMK FK-KMK UGM, yang menyoroti ketimpangan layanan kesehatan Diabetes Melitus antara wilayah timur dan barat Indonesia. Dengan menerapkan prinsip transformasi kesehatan, diharapkan kebijakan penanganan Diabetes Melitus dapat lebih komprehensif, kolaboratif, dan berbasis data. Pemantauan berkelanjutan terhadap perkembangan penyakit ini menjadi kunci utama dalam meningkatkan efektivitas intervensi yang dilakukan.

Berlanjut pemaparan dari dr. Esti Widiastuti, M., MScPH., Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, menyampaikan bahwa pencegahan dan pengendalian Diabetes Melitus tidak dapat dilakukan secara sektoral, melainkan memerlukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Platform yang menyediakan gambaran menyeluruh mengenai kasus Diabetes Melitus sangat dibutuhkan untuk mendukung evaluasi kebijakan dan pemantauan layanan oleh Kementerian Kesehatan RI.

dr. Donni Hendrawan, M.P.H., CGP, CHIP, CGRCP., Deputi Direksi Bidang Riset dan Inovasi BPJS Kesehatan, menekankan pentingnya literasi data dalam pengelolaan kasus Diabetes Melitus. Menurutnya, pemahaman yang baik mengenai proses pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan data akan memastikan kualitas data yang optimal sehingga dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan kebijakan. Selain itu, koordinasi dalam penanganan kasus perlu diperkuat agar sistem pencatatan lebih sistematis dan terintegrasi.

Dalam sesi berikutnya, dr. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, berbagi pengalaman mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan Diabetes Melitus di Yogyakarta. Ia menekankan bahwa meskipun transformasi kesehatan telah berjalan, keberhasilannya sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dalam memahami dan menerapkan penatalaksanaan Diabetes Melitus secara mandiri.

Sementara itu, Hasnah Haerani, Apt., Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, memaparkan strategi daerah dalam mengelola Diabetes Melitus. Kota Balikpapan telah menerapkan inovasi Balikpapan Hidup Manis Tanpa Gula (Bahimat) selama tiga tahun terakhir, yang melibatkan berbagai sektor mulai dari puskesmas hingga tingkat kota. Program ini berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya skrining Diabetes Melitus dan telah didukung oleh regulasi daerah untuk memastikan dampaknya lebih luas dan berkelanjutan.

Webinar ini menegaskan pentingnya transformasi sistem kesehatan dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Dengan kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi data, serta inovasi berbasis komunitas, diharapkan upaya penurunan prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan. (Kontributor: Ester Febe).