FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menyelenggarakan seri webinar yang membahas penerapan lean management dalam sistem rumah sakit, khususnya dari perspektif efisiensi biaya. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring pada Rabu, 23 Juli 2025, dan merupakan bagian dari upaya institusi untuk mendorong peningkatan mutu layanan kesehatan melalui pendekatan manajerial yang lebih adaptif dan strategis.
Webinar dibuka oleh Dr. Firman, MPH, yang menekankan pentingnya lean management sebagai strategi efisiensi rumah sakit. Ia memaparkan bahwa implementasi lean dapat memberikan dampak positif secara finansial, terbukti dari efisiensi yang dapat mencapai hingga 30%. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengembalian investasi dari penerapan lean di rumah sakit bisa mencapai 2000% dalam kurun waktu satu tahun, meskipun dampaknya belum langsung terasa pada tahap awal.
Dalam sesi inti, Dr. Anastasia Susty A., M.Si., Akt., CA., CRP., AMA, memaparkan pentingnya analisis keuangan dalam implementasi Lean Hospital. Ia menyebutkan bahwa penerapan lean sangat relevan dalam konteks sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), meningkatnya tuntutan mutu layanan, dan ketatnya persaingan antar rumah sakit. Untuk menjamin ketepatan implementasi, prinsip-prinsip seperti value stream costing, pelaporan biaya yang mudah dipahami, dan indikator kinerja yang terintegrasi perlu dikedepankan.
Lean hospital menekankan efisiensi berbasis proses, sehingga metode yang digunakan juga harus relevan, salah satunya melalui pendekatan Activity Based Management (ABM). Pendekatan ini mencakup dua dimensi, yakni dimensi biaya (cost) dan dimensi proses, yang membantu dalam penilaian kinerja aktivitas secara menyeluruh. Untuk mengukur biaya secara lebih akurat, metode Activity Based Costing (ABC) diterapkan dengan menggunakan Matriks EAD dan EPD guna mengidentifikasi aktivitas, sumber daya, dan pembebanan biaya ke tiap jenis pelayanan pasien.
Selain itu, pendekatan Time Driven Activity Based Costing juga diperkenalkan sebagai alat konversi waktu dalam cost driver, terutama untuk layanan rawat jalan mulai dari pendaftaran hingga pembayaran. Analisis ini membantu mengidentifikasi kapasitas waktu yang digunakan (used capacity) dan tidak digunakan (unused capacity), sehingga bisa disusun strategi untuk mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah.
Dalam paparannya, Dr. Susty menekankan bahwa proses lean management tidak sekadar menghapus kegiatan yang tidak efisien, melainkan juga menilai secara mendalam nilai tambah dari setiap aktivitas, seperti proses berulang, penantian, cacat produk, hingga kelebihan produksi. Oleh karena itu, laporan biaya non-value added serta penilaian tren biaya menjadi komponen penting dalam proses perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
Pengukuran kinerja dalam lean hospital juga meliputi tiga aspek: proses, value stream, dan penerimaan institusi. Pengukuran proses dilakukan melalui kontrol mutu, identifikasi masalah, dan inovasi perbaikan. Value stream dinilai dari kontribusi tim terhadap hasil pelayanan yang optimal, sedangkan pengukuran sistemik dilakukan dengan mengedepankan kepemimpinan yang kuat agar seluruh strategi lean dapat diterapkan secara efektif.
Namun demikian, Dr. Susty menggarisbawahi bahwa penerapan lean tidak luput dari tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, resistensi terhadap perubahan, dan kurangnya dukungan dari manajemen puncak. Untuk itu, penting dilakukan sosialisasi menyeluruh agar lean menjadi budaya kerja yang dipahami bersama demi terwujudnya rumah sakit yang efisien dan berorientasi pada pasien.
Melalui inisiatif ini, FK-KMK UGM menunjukkan komitmennya dalam mendukung sistem kesehatan yang lebih tangguh dan efisien, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Bestian Ovilia Andini).