Upaya Peningkatan Sistem Kesehatan Nasional melalui Kolaborasi dalam Pengembangan Inovasi dan Pemerataan Dokter

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM melaksanakan Rapat Terbuka Senat sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam peringatan Dies Natalis FK-KMK yang ke-77 pada Senin (6/3) di Auditorium FK-KMK UGM. Ketua Senat FK-KMK, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D, Sp.MK mengatakan bahwa kita harus visioner dalam mencetak tenaga kesehatan. Waktu pasca pandemi Covid-19 menjadi masa-masa berbenah diri membangun ketahanan sistem kesehatan yang lebih baik,” jelasnya.

Melalui tema Merajut Sinergi, Membangun Resiliensi, FK-KMK berperan penting dalam menyiapkan lulusan unggul yang kompeten, kompetitif, serta berakhlak mulia, baik untuk mengembangkan keilmuan maupun untuk memperkuat layanan kesehatan. Untuk mengembangkan layanan kesehatan secara nasional, tantangan tenaga kesehatan cukup berat. Mulai dari tantangan dari institusi, kualitas tenaga kesehatan, serta bentuk layanan kesehatan yang semakin beragam. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas dari semua pihak, terutama kolaborasi interdisiplin. Paparan ini disampaikan oleh Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D (Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi) selaku keynote speaker dalam Puncak Dies Natalis FK-KMK UGM ke-77 yang berjudul “Sinergi dan Inovasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Bangsa”.

Kerja keras dan kerja cerdas diwujudkan melalui Komponen Pengelolaan Kesehatan dalam SKN (Sistem Kesehatan Nasional), yaitu upaya kesehatan; penelitian dan pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; Sumber Daya Manusia kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; serta pemberdayaan masyarakat.

Selain itu, dalam memberikan layanan yang semakin baik tentu dibutuhkan berbagai inovasi, terobosan, dan strategi agar layanan semakin tepat sasaran, tepat mutu, dan tepat waktu. Pandemi Covid-19 yang telah dialami 2,5 tahun kemarin mengajarkan banyak hal. Skala pandemi yang demikian luar biasanya membawa pada kondisi yang sangat tidak menentu sehingga menumbuhkan kreatifitas serta inovasi yang luar biasa dalam semua aspek kehidupan.

Pandemi Covid-19 juga menyadarkan betapa rentannya kualitas kesehatan Indonesia. Semua obat dan alat kesehatan harus impor dan berebut dengan negara lain yang membutuhkan. Covid-19 juga membuka mata bahwa Perguruan Tinggi mampu melahirkan karya inovasi yang bisa membantu mengatasi kelangkaan alat kesehatan dan obat. Hal ini terlihat ratusan inovasi alat kesehatan yang lahir selama pandemi Covid-19. Mulai dari APD, peralatan kesehatan, hingga ventilator dengan berbagai tipe. Pengembangan inovasi ini perlu terus didorong, terutama dalam membangun kemandiriannya.

Selama pandemi kemarin juga bisa dilihat hal yang sangat penting, yaitu kolaborasi lintas keilmuan. Lahirnya berbagai macam obat-obatan dan alat kesehatan merupakan kolaborasi antara bidang kesehatan, teknik, sains, pertanian, dan lain sebagainya. Ini yang harus kita maintain momentumnya untuk memperkuat sistem ketahanan kesehatan nasional.

Selaras dengan paparan Prof. Nizam, Prof. dr. Gandes  Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan untuk Mendukung Terwujudnya Kesehatan Nasional yang Tangguh” juga menguraikan salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan sistem kesehatan. AHS yang sudah berjalan beberapa tahun menunjukkan sejumlah praktik baik yang akan semakin kuat dan maju apabila didukung dengan kolaborasi lintas keilmuan. Sehingga kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab dan isu teman-teman bidang kesehatan tapi juga bisa menjadi bentuk gotong royong lintas keilmuan.

Di Indonesia, yang selama ini yang terjadi adalah maldistribusi dan intervensi pendidikan. Maldistribusi tenaga kesehatan merupakan masalah global, terjadi kesenjangan jumlah dokter di kota dan di daerah tertinggal. Tenaga kesehatan yang tidak cukup disiapkan untuk bekerja di daerah tertinggal dapat merasa kesepian dan stres yang mendorong mereka meninggalkan daerah tersebut. Ini menjadikan daerah 3T tidak bisa mendapatkan layanan yang sama dengan daerah lainnya. Untuk itu, AHS hadir dengan sistem yang bisa menjawab keresahan tenaga kesehatan sekaligus mewujudkan pemerataan dokter dan dokter spesialis di seluruh wilayah di Indonesia.

Sekali lagi, perlu dilakukan pendekatan lintas keilmuan, sehingga akselerasi inovasi-inovasi baru dan peningkatan kualitas layanan kesehatan dengan memanfaatkan berbagai keilmuan akan bisa dilakukan. Ketahanan sistem kesehatan yang merata di seluruh Indonesia juga akan terwujud apabila semua pihak bersama-sama bekerja sama melalui AHS.

Dalam kegiatan Rapat Senat Terbuka ini juga disampaikan laporan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-77 FK-KMK oleh dr. Yunita Widyastuti, Sp.An, M.Kes, KAP, Ph.D selaku Ketua Acara Dies Natalis FK-KMK. Hadir pula Dekan FK-KMK, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH menyampaikan capaian Rencana Strategis FK-KMK periode 2018-2022 dan visi misi baru dalam Rencana Strategis 2023-2027.

Kegiatan ini mendukung upaya FK-KMK dalam melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3, yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera, serta nomor 17, yakni Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Nirwana/Reporter;Vincent/Editor)