FK-KMK UGM. Health Promoting University (HPU) UGM bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM dan Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FK-KMK UGM melaksanakan Webinar Kolaborasi dengan tema “Cerita Si Gadis Menyemaikan Fenomena Glorifikasi Kretek” pada Kamis (15/12) melalui zoom meeting dan kanal Youtube FK-KMK UGM.
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA., Ketua Pokja Zero Tolerance Tembakau, Alkohol, dan Obat-obatan Terlarang HPU FK-KMK UGM memberikan gambaran fenomena perokok di Indonesia saat ini. Banyak remaja dan anak di bawah umur yang memiliki keingintahuan besar tanpa tahu akibat yang ditimbulkan oleh rokok. Selain itu, usia dewasa pun masih banyak yang menganggap bahwa mencoba sesekali tidak akan menimbulkan ketergantungan. Tanpa mereka sadari, ternyata mereka tidak bisa berhenti walaupun awalnya hanya sesekali mencoba. “Sedangkan faktor eksternal datang dari budaya pergaulan yang secara tidak langsung membuat seseorang tidak bisa menolak ajakan merokok,” jelasnya.
Retna Siwi juga menjelaskan bahwa fenomena di atas adalah hasil dari glorifikasi tembakau melalui media, iklan, budaya populer, dan praktik lainnya. Tembakau digambarkan dengan citra positif sehingga lebih mudah diterima masyarakat, terutama anak muda. Kurangnya edukasi dan normalisasi konsumsi tembakau menyebabkan dampak negatif berupa penyakit serius, seperti kanker, jantung, dan pernapasan.
dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, Ph.D (Head of Udayana Center for NCDs, Tobacco Control and Lung Health dan Senior Project Manager Bali Tobacco Control Initiative) mengungkapkan bahwa perusahaan rokok memiliki kontribusi besar dalam glorifikasi tembakau. Mereka menjadi vektor utama dengan menawarkan berbagai strategi marketing dan kekuatan yang besar dalam mengintervensi kebijakan, membangun citra positif dan menormalisasi perilaku merokok. “Strategi marketing yang dilakukan industri rokok antara lain direct-indirect, strategic mix, dan consumer driven-targeted,” ungkap dr. Putu Ayu.
Nina Samidi (Program Manager Komnas Pengendalian Tembakau) mengatakan bahwa seni dipakai dalam industri rokok untuk membuat publik dan pengambil kebijakan teralihkan dari bahaya produknya dengan berbagai cara. Salah satu produk media yang dianggap memiliki dampak besar terhadap konsumsi tembakau adalah serial Gadis Kretek.
Terdapat beberapa dampak yang diakibatkan serial ini. Dampak paling terasa adalah glorifikasi tembakau yang menempatkan kretek sebagai produk tembakau asli Indonesia yang menjadi kebanggan lokal dan warisan budaya. Beberapa scene dalam serial tersebut menunjukkan normalisasi terhadap rokok sehingga rokok dianggap tidak memiliki bahaya bagi kesehatan. Menurut hasil penelitian, normalisasi tersebut memicu keinginan merokok.
Menurut Retna Siwi, strategi yang bisa dilakukan untuk menekan konsumsi tembakau adalah pembatasan iklan dan promosi rokok. Selain itu, kebijakan seperti penguatan aturan kemasan labelling dan penguatan kampanye anti-tembakau juga penting. Pemerintah seharusnya melakukan pengawasan terhadap industri rokok dan mendukung program penghentian merokok. (Nirwana/Reporter)