UGM Membuka Program Rekognisi Pembelajaran Lampau Minat Social Health Insurance Pertama di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara dengan cakupan kesehatan terbesar di dunia melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Untuk mengelola sistem ini secara efektif, diperlukan tenaga profesional dengan keahlian khusus di bidang Social Health Insurance (SCI). Kebutuhan ini menjadi latar belakang utama pengembangan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di UGM. Salah satu inisiatif yang diambil adalah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas SDM di tingkat manajemen.

Saat ini, banyak tenaga pengelola JKN di BPJS yang belum memiliki pendidikan jenjang S2, sementara kebutuhan tentang pemahaman yang lebih mendalam mengenai Social Health Insurance semakin mendesak. BPJS sendiri telah memiliki Corporate University yang bertugas mengembangkan kapasitas internal mereka, dengan berbagai pelatihan dan akreditasi yang telah diakui secara legal. Namun, Corporate University belum dapat memberikan gelar akademik formal bagi lulusannya. Dari sinilah gagasan untuk membuka program RPL khusus bagi BPJS muncul. Melalui pendekatan ini, pengalaman kerja serta pembelajaran di lingkungan korporat dapat diakui sebagai bagian dari proses akademik.

dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D selaku Ketua Departemen dan Ketua Program Studi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan dan salah satu dosen yang terlibat dalam pembukaan RPL Social Health Insurance menyampaikan bahwa inisiatif ini kemudian dikembangkan menjadi naskah akademik yang diajukan ke senat universitas dan telah mendapatkan persetujuan untuk pembukaan program RPL. “Mereka sudah menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan terakreditasi, tapi mereka tidak bisa meluluskan dengan gelar. Sehingga terpikirkan untuk menjadi RPL khusus, karena ada peluang pembelajaran. Akhirnya kami kembangkan menjadi naskah akademik, dan disetujui pembukaan RPL khusus untuk mereka yang di Corporate University.”

Urgensi Penyelenggaraan RPL Minat Social Health Insurance

Penyelenggaraan Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk Peminatan Social Health Insurance di UGM merupakan bentuk respon terhadap kebutuhan yang mendesak bagi tenaga profesional yang dapat mengelola asuransi kesehatan sosial. Menurut dr. Lutfan Lazuardi, dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, dibutuhkan banyak keahlian terkait Social Health Insurance yang harus mengelola agar kemampuan dan kompetensinya diakui. Program ini memberikan peluang bagi individu dengan pengalaman kerja di bidang terkait untuk memperoleh pengakuan atas kompetensi yang telah mereka miliki. Hal ini penting untuk mempercepat penyediaan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menjawab tantangan teknis dan manajerial dalam pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional, termasuk mendukung kebutuhan institusi seperti BPJS Kesehatan dan lembaga pendukung lainnya.

Program RPL ini dirancang untuk mempercepat proses pendidikan tanpa mengurangi kualitas pendidikan, dengan tetap memastikan lulusan memiliki kompetensi utama dan khusus yang relevan untuk mendukung keberlanjutan dan efektivitas sistem asuransi kesehatan di tingkat nasional maupun global. “Jadi rencananya RPL ini dapat diselesaikan dalam waktu setahun. Karena mereka sudah mempunyai beberapa pelatihan yang diakui tadi (Corporate University). Mahasiswa RPL ini tetap harus melaksanakan tugas akhir yang rencananya menggunakan data BPJS,” terang dr. Lutfan.

Di UGM, program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) minat Social Health Insurance merupakan bagian dari Program Studi Magister Kebijakan Manajemen Kesehatan (KMK) FK-KMK UGM. Program RPL sendiri sudah mempunyai landasan hukum yang kuat. Mulai dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hingga di lingkup Universitas terdapat Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pendidikan Pasal 50 terkait penyelenggaraan rekognisi pembelajaran lampau (RPL). Sebelum program RPL ini, FK-KMK UGM sudah ada program RPL di Program Studi Ilmu Keperawatan.

Diterangkan oleh dr. Lutfan bahwa minat Social Health Insurance (SCI) berbeda dengan minat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK), meski sebenarnya materi terkait BPJS bisa masuk pada kurikulum minat tersebut. “Ternyata BPJS ingin ada yang spesifik dan mereka memberikan kalkulasi juga, karena ada ribuan staf BPJS di seluruh Indonesia, sehingga pasarnya terbuka. Dan ini baru pertama kali Corporate University BPJS Kesehatan menyelenggarakan program S2. Sehingga menjadi salah satu yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia,” ujar dr. Lutfan.

“Sebenarnya program RPL sudah banyak, termasuk di UGM. Tetapi yang terkait dengan minat Social Health Insurance yang itu menjadi branding-nya BPJS, ini baru yang pertama kali mereka lakukan dengan institusi,” tambah dr. Lutfan.

Mekanisme Pembelajaran Program RPL

Program Rekognisi Pembelajaran Lampau minat Social Health Insurance ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan strategis institusi BPJS Kesehatan dalam menyediakan manajer yang terampil dan kompeten. Dengan keahlian yang diperoleh melalui program ini, para lulusan diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan mendukung tercapainya Universal Health Coverage (UHC). Hal ini mencerminkan komitmen UGM dalam menyediakan solusi inovatif yang selaras dengan kebutuhan pembangunan sektor kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan.

Menurut dr. Lutfan, salah satu yang paling dicermati adalah kurikulum pembelajarannya. Pada RPL minat Social Health Insurance telah dilaksanakan berbagai studi banding dengan institusi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga melihat kurikulum yang sudah diberikan pada pelatihan di Corporate University. “Sehingga ada pemetaan dan penyesuaian pembelajaran. Jika pada kurikulum Corporate University ini selaras dengan kurikulum di RPL, artinya bisa kita akui sebagai matakuliah di RPL.”

Dalam penerapan pembelajaran, model yang digunakan adalah kombinasi 60% tatap muka dan 40% daring. Sistem ini dirancang agar mahasiswa tetap mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, baik secara langsung maupun melalui platform digital. Kegiatan di kampus biasanya dilaksanakan di awal dan akhir semester, sementara di tengah semester terdapat sesi bauran yang mengombinasikan metode sinkronus dan asinkronus. Mahasiswa dapat mengakses materi melalui platform LMS seperti Gamel dan Elok, serta mengikuti jadwal mingguan untuk interaksi langsung dengan dosen dalam sesi sinkronus.

Pendekatan ini mengadopsi model flipped classroom, dimana mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah tradisional, tetapi juga melakukan konfirmasi dan diskusi terkait materi yang telah dipelajari. Dengan sistem ini, pertemuan dengan dosen lebih berfokus pada pemahaman mendalam, diskusi interaktif, serta umpan balik yang lebih efektif. Selain itu, kehadiran mahasiswa di kampus tetap menjadi keharusan, mengingat beberapa aktivitas pembelajaran dilakukan secara langsung. Program RPL minat Social Health Insurance telah berjalan sejak periode sebelumnya dan terus berlanjut hingga saat ini. Calon mahasiswa sudah melewati tahap seleksi dengan proses asesmen yang ketat. Setelah diumumkan sebagai mahasiswa yang diterima, mereka langsung memulai pembelajaran daring sejak 10 Februari.

“Peserta saat ini sebanyak 28 mahasiswa baru. Proses seleksi pendaftaran ini sebenarnya sudah diseleksi, bahkan pre-seleksi sebelumnya. Jadi untuk peminatan ini tidak terbuka untuk umum. Karena memang diperuntukkan bagi pegawai BPJS dengan mempertimbangkan jabatan strategisnya. Sehingga harapan nanti tugas akhir mereka bisa menggunakan data BPJS untuk dikaji. Sehingga mahasiswa tidak lagi mengambil data di lapangan yang biasanya memerlukan banyak waktu. Karena data di BPJS ini kan besar sekali untuk dimanfaatkan,” tambah dr. Lutfan.

Program RPL yang dikembangkan UGM saat ini diprioritaskan bagi pegawai BPJS yang berada di berbagai daerah di Indonesia, khususnya pada level manajerial. Para peserta umumnya berasal dari kantor regional atau cabang BPJS di berbagai wilayah. Sementara pegawai BPJS yang bertugas di puskesmas atau rumah sakit biasanya berperan dalam level operasional, pegawai di tingkat manajerial memiliki posisi strategis yang menentukan arah kebijakan dan pengelolaan JKN. Dengan adanya program ini, diharapkan kapasitas sumber daya manusia di BPJS semakin meningkat, mendukung efektivitas dan keberlanjutan sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Tantangan dan Harapan adanya RPL Social Health Insurance

Sebagai program yang baru pertama kali diselenggarakan, RPL Social Health Insurance ini menghadapi tantangan besar sejak tahap persiapan. Prosesnya memerlukan waktu yang lebih panjang dari perkiraan, sementara BPJS menginginkan implementasi yang cepat. Sejak interaksi awal pada bulan Juni, program ini baru mendapatkan persetujuan resmi pada bulan Desember, menunjukkan bahwa perjalanannya tidaklah mudah.

Salah satu kendala utama adalah kurangnya pengalaman dalam menyelenggarakan RPL, sehingga banyak aspek yang masih perlu dipelajari. Meski demikian, semangat untuk menangkap peluang tetap tinggi, dengan tetap mengedepankan mutu pembelajaran. Untuk memastikan kualitas, UGM hanya mengakui pembelajaran yang telah diselenggarakan oleh institusi yang kredibel, dalam hal ini Corporate University (Corpu) BPJS. Langkah ini juga bertujuan untuk memastikan seleksi yang ketat serta menghindari potensi pemutihan dalam proses pengakuan pembelajaran. Hingga saat ini, program RPL masih dibatasi hanya bagi lulusan Corporate University BPJS, dengan kemungkinan evaluasi lebih lanjut di masa depan.

dr. Lutfan mengatakan bahwa tantangan dalam penyelenggaraan RPL Social Health Insurance ini sudah dapat diantisipasi, terlebih Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) sudah memiliki pengalaman dalam proses pembelajaran dengan mayoritas mahasiswa sudah bekerja dan menempati posisi strategis di berbagai sektor. “Mereka menghadapi tantangan tersendiri dalam mengatur waktu belajar di tengah kesibukan pekerjaan. Posisi mereka yang strategis menuntut tanggung jawab tinggi, sehingga tidak mudah bagi mereka untuk meluangkan waktu. Namun, peningkatan kapasitas tetap menjadi kebutuhan utama bagi mereka. Oleh karena itu, kami terus berupaya menghadirkan sistem pembelajaran yang fleksibel dan adaptif, agar mereka dapat tetap berkembang tanpa harus mengorbankan profesionalisme dalam pekerjaan,” tegas dr. Lutfan.

Di sisi yang lain, kerja sama antara UGM dengan BPJS Kesehatan melalui program RPL Social Health Insurance merupakan langkah strategis bagi institusi. Sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam sistem kesehatan nasional, BPJS membutuhkan tenaga ahli yang mumpuni di bidang social health insurance. Melalui kolaborasi ini, UGM tidak hanya mendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia mereka, tetapi juga turut serta dalam pengembangan tenaga profesional yang kompeten di sektor ini. “Dengan mengambil peran dalam penguatan kompetensi SDM BPJS, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi sistem jaminan kesehatan yang lebih berkualitas di Indonesia,” pungkas dr. Lutfan. (Penulis: Nasirullah Sitam. Editor: Ariani Arista Putri Pertiwi)