FK-KMK UGM. Sejatinya media sosial menjadi media komunikasi tanpa mengalami batasan ruang dan waktu. Hingga saat ini keberadaan media sosial telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada masyarakat. Hal inilah yang mendasari Satgas Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dengan Health Promoting University (HPU) UGM menyelenggarakan pembekalan edukator pengendalian Covid-19 dengan mengusung tema “Bagaimana Ber-Aksi Sosial Lewat Sosmed?”. Pembekalan ini digelar pada Selasa (07/04) secara daring melalui platform video conference dan disiarkan secara langsung pada Channel YouTube INAHEALTH dengan dihadiri relawan Covid-19 UGM dan masyarakat umum.
Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D., dalam sambutannya mengungkapkan apresiasinya pada semua relawan yang telah bergabung dalam beberapa tim Covid-19 UGM. Diskusi kali ini menghadirkan epidemiologist, ahli promosi kesehatan, praktisi, sekaligus influencer sehingga akan mendapatkan diskusi yang sangat kaya. “Komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Apabila berbicara profesi seorang dokter, selalu ditekankan bahwa komunikasi adalah 80% menuju ke arah diagnosis dan manajemen yang benar. Apabila komunikasi salah arah, akan menjadi salah semuanya dan menjadi tidak efektif”, ungkap Prof. Ova.
Beliau juga mengungkapkan harapannya dengan adanya acara pembekalan ini, mudah-mudahan menjadikan kita semua menjadi edukator yang baik. Peran edukator akan bermanfaat sepanjang kehidupan, baik untuk mengedukasi keluarga, teman, dan sekitar.
Dalam pembekalan ini menghadirkan, Anis Fuad, S.Ked., DEA., Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM, dengan peminatan khusus Epidemiologi Digital, yang memaparkan mengenai isu terkini pengendalian Covid-19. “Perlu strategi yang komprehensif untuk melawan dan menghadapi Covid-19. Melibatkan semua pihak, physical disctancing dilakukan, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pemerintah juga melakukan segala macam pendekatan.” ungkapnya.
“Menjadi penting meletakkan posisi relawan ada dimana dan melibatkan masyarakat yang memang memerlukan informasi yang penting dari pemerintah. Selain itu masyarakat juga berperan penting untuk menyampaikan umpan balik pada pemerintah.” Anis juga mengungkapkan bahwa relawan memiliki posisi yang strategis, dimana berada dalam lingkungan universitas yang banyak kalangan ahli dan ilmuwan yang telah melakukan pengkajian-pengkajian terkait Covid-19 sehingga bisa dibagikan pada publik.
Dalam pembekalan ini juga menghadirkan dr. Bagas Suryo Bintoro, Dosen FK-KMK UGM, dengan topik sumber informasi dan media Covid-19, yang juga memaparkan mengenai tahapan yang perlu dilakukan dalam pembuatan media. Juga menghadirkan Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes., Dosen Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM, dengan topik berkomunikasi untuk aksi sosial di sosial media. Dalam pemaparannya ini, Dr. Supriyati menekankan bahwa dalam berkomunikasi juga tentunya diperlukan empati untuk menumbuhkan dan membangun hubungan yang baik sehingga akan ada feedback yang baik pula.
Juga menghadirkan dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., Ph.D., Dosen FK-KMK UGM, yang menjelaskan tindak lanjut relawan Edukasi dan Aksi Sosial (EAS). Diskusi dalam pelatihan ini dimoderatori oleh Dosen FK-KMK UGM, dr. Wika Hartanti, MIH dan dr. Hayu Qaimamunazzala MPH.
Secara khusus juga hadir influencer Indonesia, dr. Tirta Mandira Hudhi, alumnus FK-KMK UGM, yang menyampaikan mengenai beberapa tips bagaimana ber-aksi sosial lewat sosmed (social media). Dalam penjelasannya, dr. Tirta menjelaskan 5 peran utama yang dapat dilakukan relawan saat ini. Pertama, memberikan edukasi mengenai PHBS pada masyarakat. Kedua, mengedukasi penggunaan masker kain untuk semua orang.
Ketiga, dokter edukator/dokter muda/orang yang kompeten dalam pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) dapat berperan mengoordinir donasi dalam bentuk APD yang sesuai standar, ini dilakukan untuk mem-backup pemerintah. Juga memastikan nutrisi yang tepat untuk tenaga kesehatan, seperti makanan dan multivitamin yang tidak mudah basi.
Keempat, berkoordinasi dengan BPBD atau UGM untuk mengedukasi masyarakat yang tidak memiliki social media. Kelima, memastikan tidak adanya stigma negatif pada tenaga kesehatan maupun jenazah Covid-19.
“Tidak takut tetapi waspada. Tidak meremehkan tetapi tenang.” – dr. Tirta Mandira Hudhi