Pembimbing Klinik berperan penting dalam menunjang pencapaian kompetensi peserta didik dalam pendidikan dokter maupun pendidikan dokter spesialis. Peserta didik dapat tidak mencapai kompetensi karena proses pembimbingan yang tidak tepat. Selama ini, meskipun peran pembimbing klinik diakui sangat penting, namun kemampuan pembimbing dalam memberikan bimbingan yang mendidik jarang diperhatikan. Seringkali kita berharap atau berasumsi bahwa para dosen klinik sudah sepatutnya mampu memberikan bimbingan klinik yang baik. Anekdot dan cerita sarkastik sering muncul dari hubungan pembimbing dan peserta bimbingan di lingkup pendidikan klinik dokter.
Ada banyak metode pembimbingan dalam pendidikan klinik yang telah dikembangkan. Metode yang digunakan dalam pembimbingan klinik harus dapat memfasilitasi penerapan prinsip pendidikan klinik, yakni; berpusat pada peserta didik (student centered), berdasarkan kompetensi (competence based), berdasarkan pada pelayanan (service based), terjamin mutunya (quality assured), sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik (flexible for individual need), didampingi (coached), dan terstruktur (structured). Metode yang digunakan juga harus dapat menempatkan dan menjadikan pembimbing klinik sebagai teladan (role model) bagi peserta didik dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional terhadap pasien. Pemilihan metode pembimbingan yang tepat menjadi komponen penting dalam menciptakan pendidikan klinik yang baik.
Bagian dari peran penting pembimbing klinik adalah penilaian di pendidikan klinik. Penilaian dalam pendidikan klinik/profesi harus mampu mengukur pencapaian seorang mahasiswa terhadap kompetensi klinik yang telah ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran di klinik. Kompetensi klinik sangatlah kompleks dan tidak terbatas pada pengetahuan saja. Kompetensi klinik meliputi berbagai hal yang terkait dengan tugas profesi, pola pendekatan dalam menjalankan tugas dan nilai-nilai profesionalime. Miller (1990) menyebutkan ada empat tingkat jenis kompetensi yang harus dinilai dari mahasiswa, dari tingkat kognisi ke perilaku. Keempat tingkatan kompetensi yang kemudian digambarkan dalam bentuk piramida Miller tersebut adalah; pertama mengetahui (know); kedua mengetahui bagaimana (know how); ketiga menunjukkan bagaimana (show how); dan keempat melakukan (does). Sistem penilaian pada pendidikan klinik haruslah meliputi berbagai tingkat kompetensi seperti yang dijelaskan pada piramida Miller tersebut dan dengan menggunakan berbagai jenis alat penilaian.
Maka diperlukanlah workshop untuk mengenalkan beberapa metode pembimbingan dan penilaian dalam pendidikan klinik yang tepat, praktis dan mudah dilakukan di lapangan. Workshop dengan judul TOT Clinical Teacher, diselenggarakan di FK UGM dengan peserta pembimbing klinik di RSUP Dr. Sardjito, RSUP Soeradji tirtonegoro Klaten, RS UGM. Dengan menguasai teknik pembimbingan dan penilaian klinik, diharapkan kualitas bimbingan menjadi meningkat dan hasil pendidikan klinik menjadi lebih baik.
Acara tersebut menghadirkan narasumber dari FK UGM, yaitu: Dr.dr Mahardika Agus W,DTM & H,M.Kes, dr. HM. Untung Tranggono,MS,PA,Sp.B,Sp.U, dr. Suryono Yudha Patria, Ph.D,Sp.A, dr. Ova Emilia, M.Med.Ed, Ph.D, Sp.OG(K), dr. Mahar Agusno, Sp.KJ(K), dr. Bambang Djarwoto, SpPD-KHOM, dr. R. Heru Prasanto, Sp.PD-KGH, dr. Risanto Siswosudarmo, SpOG(K), dr. Neny Sri Mulyani, Sp.A, dr. Mardiah Suci, Sp.PD,Ph.D, dan dr. Rosadi Seswandhana, Sp.B,Sp.BP. TOT ini akan digelar kembali pada tanggal 15-16 April 2015. (Dian/IRO)