FK-KMK UGM. Pandemi memang telah usai. Namun, kebutuhan akan vaksinasi di tengah era kenormalan baru kini, kian penting bagi masyarakat. Pada Rabu (24/4), Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (CHBP FK-KMK UGM) turut menyelenggarakan kegiatan diseminasi penelitian untuk membahas hal terkait.
Penelitian yang dibahas berjudul ‘Peningkatan penerimaan masyarakat terhadap Vaksin COVID-19 di Yogyakarta, Indonesia: Penerapan Etik Gotong Royong dan Skema Perlindungan di Masyarakat’ dari Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A., Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D., dan tim peneliti lainnya.
“Penelitian ini kami lakukan di Wonosari, Gunung Kidul dan Bambanglipuro, Bantul untuk memperkuat sistem kesehatan dengan strategi komunikasi di masyarakat,” jelas Retna.
Retna menjelaskan bahwa pada segi gotong royong ditemukan 44.3% dari 804 responden tergolong aktif.
“Kegiatan gotong royong yang dimaksud, ada memberikan bahan pangan untuk isolasi mandiri, edukasi agar bersedia di vaksin, bahkan mendaftarkan orang untuk vaksin dan mengantarkan ke tempatnya,” tegas Retna.
Dari segi skema perlindungan, terdapat tiga temuan pula yakni mendukung vaksin; keputusan vaksin diserahkan pada masing-masing anggota keluarga, dan tidak memperbolehkan vaksin karena komorbid, mobilitas rendah, dan lansia.
“Selain itu, kami pun menelusuri tentang kesediaan mereka (masyarakat) apabila vaksin berbayar, ya 68 persen tidak mau, pun sanggupnya di kisaran sepuluh sampai lima puluh ribu,” tegasnya.
Prof Yayi menambahkan penjelasan dari Retna. Ia menyebutkan bahwa secara strategi komunikasi, penelitian ini mengadopsi pengembangan media berupa buku saku dan video. Tidak hanya itu, Prof Yayi dan tim pun melakukan intervensi masyarakat lokal melalui pengembangan kapasitas pemangku kepentingan terkait hingga penyelenggaran pre-post test.
“Ya, kami menemukan kalau sebagian masyarakat sudah mengakses buku saku dan video dari kami secara mandiri, lalu pengaruh Dukuh tidak begitu didengar,” sebut Prof Yayi.
Ia pun menjelaskan jika penelitian ini berpotensi di masa mendatang. Prof Yayi berharap penggunaan dana desa untuk penelitian, peningkatan kapasitas kader hingga kerjasama antar stakeholders dapat dioptimalkan.
Demikian pula, penelitian tersebut menjadi nilai komitmen pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni tujuan ke 3 yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Di tambah, SDGs 4 Pendidikan Berkualitas, SDGs 9 Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dan SDGs 11 Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan. (Isroq Adi Subakti/Reporter)