Thrombosis Vena Dalam-TVD, Masih Mengancam Jiwa

Thrombosis vena dalam (TVD) menjadi masalah kesehatan sampai saat ini. Pasien TVD dapat bersifat asimtomatik dan simtomatik, sehingga perlu diwaspadai terutama perkembangan ke arah emboli paru yang dapat memberi gejala sangat cepat dan sangat mengancam jiwa. TVD muncul akibat suatu kondisi tertentu atau merupakan komplikasi penyakit yang mendasari yang dapat menginduksi timbulnya prethrombotic state. Diperlukan penanda aktivasi koagulasi untuk menunjukkan kondisi prethrombotic state terkait TVD yang dapat diterapkan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas.

TVD disebabkan karena stasis aliran darah dan hiperkoagulabilitas daripada kerusakan pembuluh darah, berdasarkan hasil beberapa studi. Dalam mekanisme konsep baru cell-based model of coagulation dikenal 3 fase, yaitu fase inisiasi, amplifikasi, dan propagasi. Ketiga penanda koagulasi tersebut dapat diukur dan dikenal sebagai penanda aktivasi koagulasi dan menggambarkan awal terjadinya thrombus.

Penanda aktivasi koagulasi prothrombin fragment 1+2, fibrinopeptide A, kompleks trombin-antitrombin dan indeks trombosis dapat dipakai untuk memprediksi peningkatan risiko mendapatkan TVD. Seperti pemaparan Dr. dr. Usi Sukorini, M.Kes., Sp.PK(K) dalam ujian Doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Selasa, 8 November 2016. “Faktor Risiko Prethrombotic State dan Indeks Trombosis pada Trombosis Vena Dalam” merupakan judul disertasinya.

Dari 124 orang yang terdiri dari 61 pasien TDV dan 63 orang kelompok kontrol, faktor risiko paling banyak adalah 54,1 % keganasan dengan 36,4 % pasien menderita ca ovari. Rentan usia 23 – 89 tahun, didominasi oleh wanita sebanyak 75,4 %. Dalam penelitian ini didapati lokasi thrombus paling banyak adalah unilateral sebesar 54,4 %, kadar F1+2, FPA dan TAT lebih tinggi pada pasien dibanding kelompok kontrol, indeks thrombosis didapatkan berbeda bermakna dibanding kelompok kontrol, korelasi terkuat ditunjukkan antara F1+2 dengan TAT (r=0,707; p<0,001), kadar F1+2 dan FPA lebih tinggi pada pasien dengan riwayat penyakit TVD pada keluarga, kadar FPA juga meningkat pada pasien dengan riwayat operasi. Penelitian yang dipromotori oleh Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK(K)., MM ini ditemukan rasio odds masing-masing aktivasi koagulasi F1+2, FPA, TAT dan indeks thrombosis sebesar 73,8.

Pasien dimaksud yang diindikasikan dilakukan ultrasonografi Doppler vaskuler, tanpa terapi antikoagulan, tidak menderita penyakit hati dan disseminated intravascular coagulation, tanpa riwayat pendarahan dan TVD sebelumnya, serta individu sehat untuk kelompok kontrol. Usi lulus dengan predikat sangat memuaskan yang merupakan doktor ke-270 di FK UGM dan 3.413 se-UGM. (Dian/IRO)