The New Normal: Adaptasi Setelah COVID-19

FK-KMK UGM. Saat ini masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan melakukan work from home. Saat ini masyarakat juga sudah banyak yang memahami berperilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan, penggunaan masker, dan protokol kesehatan Covid-19 lainnya. Namun saat ini ketika pandemi melanda, dari sisi ekonomi telah terjadi penurunan GDP Global hingga 0,5%.

Apabila melihat pandemi Covid-19, terdapat banyak hal yang terjadi terutama dari dua sisi yaitu sisi kesehatan dan ekonomi. “Hari ini akan melihat interseksi antara kesehatan dan ekonomi. Apakah tantangan dalam kesehatan dapat menjadi kesempatan dalam bidang ekonomi. Webinar ini bertujuan untuk membahas prediksi berakhirnya pandemi ini dan bagaimana dampaknya dengan dunia industri dan pelayanan publik”, ungkap Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS., Ketua Minat Manajemen Rumah Sakit dan Ketua PKMK FK-KMK UGM, yang merupakan moderator seminar yang digelar melalui webinar dan livestreaming YouTube dengan judul “The New Era of Safety And Productivity After Covid-19”, Rabu (29/04) pukul 13.00 – 15.00 WIB.

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama, serta Equinim menyelenggarakan seminar yang menghadirkan Serryn Regan, CEO Equinim Ltd, Board Member Independent Tertiary Education Council Australia dengan topik “A Safety Protocol, A New Way Forward for Indonesia” dan dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D (Ketua Pusat Kedokteran Tropis dan ahli epidemiologi FK-KMK UGM) dengan topik “Melihat Profil Covid-19 di Indonesia dan Global”. Juga pembahas menghadirkan Fahmi Akbar Idris, Pimpinan Nahdalatul Ulama DIY dan Pengurus Nasional Lembaga Perekonomian NU, serta George Marantika, Kadin Indonesia.

Dalam pemaparannya dr. Riris Andono Ahmad mengungkapkan, “Dalam pandemi Covid-19, strateginya adalah flattening the curve, agar tidak terjadi penularan yang terlalu cepat sehingga puncaknya tidak setinggi langit. Upaya kita adalah mereduksi transmisi sehingga kasus yang sudah ada masih bisa ditangani dan sistem kesehatan masih bisa mengatasinya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa apabila menggunakan strategi ini maka kita akan memperlambat herd immunity atau imunitas kelompok”, ungkapnya.

Menurut dr. Riris Andono Ahmad, yang perlu diubah adalah persepsi terhadap outbreak, sesuatu yang one-time akan selesai kemudian bergembira karena selamat melewatinya. Akan tetapi kemudian perlu dilihat bahwa dengan adanya virus yang sudah bersirkulasi secara global dan dengan kita melakukan physical distancing, hal tersebut akan terjadi lebih lama lagi. “Kita perlu mengubah paradigma kita dalam merespon dari respon bencana menjadi respon yang sistemik. Juga perlu mengubah bahwa ini adalah the new normal minimal sampai beberapa tahun ke depan, bukan sebaliknya bahwa kita berharap kembali ke masa yang lalu. Oleh karena itu agar kemudian semuanya kembali berjalan dengan normal, kita harus menyesuaikan dengan the new normal termasuk dalam business process. Kita harus menyusun business process yang ramah dengan situasi saat ini dan yang harus dipastikan adalah semua sistem dapat beradaptasi dengan baik”, pungkasnya. (Vania Elysia/Reporter)