FK-KMK UGM. Sejak tahun 1970-an, kasus malnutrisi kian marak ditemukan di rumah sakit pada berbagai negara. Berdasarkan besaran angka malnutrisi di negara berkembang – termasuk, Indonesia – menunjukkan tingkat yang relatif lebih tinggi mencapai 47-60% dibanding negara maju sebesar 20-46%.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Susetyowati, DCN., M.Kes pada pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) dalam Bidang Gizi Kesehatan di ruang Balai Senat UGM (7/5).
Pada pengukuhan tersebut, Prof Susetyowati menyampaikan pidato berjudul ‘Penerapan Skrining Gizi pada Dewasa untuk Mencegah Malnutrisi di Rumah Sakit’.
“Diperlukan skrining gizi untuk mendeteksi malnutrisi sedini mungkin untuk mencegah penurunan kondisi gizi pasien selama perawatan,” jelasnya.
Prof Susetyowati mengakui bahwa studi ini didorong oleh pengalaman akademisnya dalam studi tentang kasus malnutrisi berbasis skrining gizi pada empat rumah sakit di Indonesia – jurnal terbitan tahun 2019.
Ia dan rekan penelitiannya menemukan sekitar 37,3-48,2% pasien memiliki risiko malnutrisi yang ditunjukkan oleh beberapa metode skrining gizi yakni Nutrition Risk Screening-2002 (NRS-2002), Malnutrition Screening Tool (MST), dan Simple Nutrition Screening Tool (SNST).
“Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan zat gizi pasien yang di rawat di rumah sakit, ditentukan oleh dua faktor yakni asupan zat gizi dan utilisasi biologik gizi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof Susetyowati menekankan bahwa pentingnya peran skrining gizi di rumah sakit. Skrining gizi pun dapat dilakukan sebagai upaya preventif timbulnya malnutrisi.
“Skrining gizi merupakan proses yang cepat dan sederhana, kalau tidak dilakukan maka risikonya dapat menyebabkan komplikasi,” tegasnya.
Dengan demikian, rumah sakit harus memperhatikan penerapan skrining gizi pada pasien – khususnya, sebelum memasuki Proses Asuhan Gizi Terstandar. Hal ini dilakukan untuk mencegah penurunan status gizi pada pasien sekaligus mendorong perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Pendidikan Berkualitas (SDGs 4) dan Kehidupan Sehat dan Sejahtera (SDGs 3). (Isroq Adi Subakti/Reporter)