Terapi Hutan: Inovasi Kesehatan Holistik yang Perlu Didukung Lintas Sektor

FK-KMK UGM. Terapi hutan atau forest healing menjadi sorotan dalam seri webinar yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM pada awal April 2025. Kegiatan ini membahas secara mendalam tentang potensi terapi hutan sebagai layanan kesehatan inovatif yang bisa dikembangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Terapi ini ditujukan bagi masyarakat urban yang menghadapi tekanan kerja dan membutuhkan ruang alami untuk memperoleh kembali ketenangan fisik dan mental. Dengan melibatkan tenaga profesional, lokasi hutan yang terverifikasi, serta prosedur terapi yang terstruktur, forest healing dipandang memiliki peluang besar untuk menjadi bagian dari transformasi sistem layanan kesehatan holistik di Indonesia.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., membuka diskusi dengan menekankan pentingnya menyiapkan ekosistem yang mendukung forest healing. Meskipun pengetahuan mengenai konsep terapi hutan semakin berkembang, implementasinya masih menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari kejelasan siapa penyedia layanan, bagaimana pendanaannya, hingga sumber daya manusia dan mitra kerja yang dapat dilibatkan. Segmentasi pasar juga menjadi kunci, yaitu siapa yang akan menjadi sasaran dari layanan ini—baik masyarakat umum, pekerja dengan risiko stres tinggi, hingga pasien dengan keluhan psikosomatis. Seluruh aspek ini harus dipetakan secara komprehensif agar pengembangan forest healing benar-benar dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.

Salah satu pendekatan psikologis yang mendukung efektivitas terapi hutan disampaikan oleh C.W. Adinugroho, S.Psi, M.Psi., Psikolog. Ia menjelaskan pentingnya penyelarasan antara jantung dan otak menggunakan prinsip psikologi transpersonal. Kedua organ ini diyakini sebagai pusat kesadaran dan energi yang sangat memengaruhi stabilitas fisik dan mental. Dalam praktiknya, metode seperti heart focused breathing (pernapasan yang terpusat pada jantung) dan heart-based emotion activation (aktivasi emosi positif berbasis hati) digunakan untuk menciptakan resonansi antara gelombang jantung dan otak. Proses ini tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga memperkuat sistem imun melalui keseimbangan hormon.

Dr. F.R. Herin Anggreni P., M.Biomed (AAM) melanjutkan sesi dengan menjelaskan mekanisme layanan dan evaluasi terapi hutan yang dikembangkan oleh Forest Therapy Indonesia. Konsep ini memperkenalkan ruang penyembuhan tanpa dinding, hasil sinergi antar stakeholders dari sektor kesehatan, lingkungan, hingga pariwisata. Ada tiga komponen utama yang harus disiapkan sebelum layanan dijalankan: verifikasi kelayakan lokasi hutan, kesiapan tenaga profesional yang memahami pendekatan mind-body-soul, dan perencanaan bisnis yang mencakup strategi pemasaran dan penetapan tarif. Dalam praktiknya, peserta terapi akan melalui tahapan orientasi, eksplorasi, penerapan modalitas terapi, serta evaluasi. Peserta juga diberi panduan terkait tata tertib dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses terapi berlangsung.

Evaluasi menjadi tahap krusial di akhir sesi, di mana peserta diminta untuk menilai kondisi mental dan fisik mereka melalui survei kepuasan, refleksi diri, dan diskusi terbuka. Masukan dari peserta menjadi bahan penting untuk peningkatan kualitas layanan di masa mendatang, sekaligus untuk membangun pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) dalam pengembangan terapi hutan.

Webinar ini menegaskan bahwa operasionalisasi layanan forest healing memerlukan kerangka kerja yang solid: dari penentuan tema terapi, pemilihan lokasi yang sesuai, desain program, strategi pemasaran, hingga model pembiayaan yang transparan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, terapi hutan mendukung implementasi SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Dengan sinergi antara keilmuan, kebijakan, dan kolaborasi lintas sektor, terapi hutan bukan hanya menjadi solusi kesehatan alternatif, tetapi juga bentuk nyata upaya pelestarian lingkungan dan keseimbangan hidup manusia masa kini. (Kontributor: Bestian Ovilia).