Teliti DBD Melalui Mekanisme Respon Autoimun Terhadap Virus

img_0705

FK-UGM. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang sebelumnya sudah dikontrol, namun muncul kembali menjadi masalah kesehatan yang signifikan sebagai masalah penyakit tropik di dunia. Kondisi tersebut jika tidak dikelola dengan tepat tentu akan menyebabkan kematian.

Dari data WHO menunjukkan bahwa secara global dengue meningkat sampai tiga puluh kali lipat dalam lima dekade terakhir. Hal tersebut diungkapkan dr. Soroy Lardo, SpPD., FINASIM., saat mengikuti ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (22/11) di ruang rapat senat gedung KPTU lantai 2.

Penelitian yang dipromotori oleh Prof. dr. Marsetyawan HNES., MSc., PhD., ini berusaha untuk meneliti DBD melalui mekanisme respon autoimun terhadap infeksi virus. NS1 merupakan protein virus nonstructural-1, sebagai glikoprotein yang highly conserved, merupakan region penting dalam viabilitas virus namun tidak memiliki aktivitas biologis.

Tidak seperti glikoprotein yang lain, NS1 diproduksi baik dalam bentuk yang berhubungan dengan membran sel maupun dalam bentuk yang disekresikan. Antigen NS1 terdapat baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder. Antigen NS1 dapat dideteksi dalam 5-6 hari pertama demam, yang terdapat baik pada serotipe DEN-1 (terbanyak) maupun DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

“Pada saat ini sudah terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan respon autoimun terhadap infeksi virus. Beberapa penelitian terbaru membuktikan bahwa DBD disebabkan oleh fenomena autoimun yang dicetuskan infeksi virus dengue”, papar Kepala Divisi Penyakit Tropik Infeksi IPD RSPAD Gatot Soebroto yang berhasil meraih gelar Doktor UGM ke-3.420 dan Doktor FK UGM ke-274 ini.

Penelitian Soroy Lardo menekankan pada pengujian lebih lanjut apakah antibody NS1 turut berperan terhadap terjadinya sindroma DBD. Sindorma DBD merupakan suatu kondisi perburukan infeksi virus dengue dengan terjadinya trombositopenia dan peningkatan permeabilitas vaskular menunjukkan variasi autoimun yang berkaitan dengan proses patofisiologi dan respon imun DBD. Oleh karena itu, penting untuk diteliti peranan antibody NS1 yangberkaitan dengan memberatnya pasien DBD.

Dari penelitian ini, Soroy Lardo berhasil menggarisbawahi tiga poin penting hasil penelitian. Pertama, antibodi NS1 tidak bisa menjadi prediktor memberatnya demam berdarah dengue, namun sebagai fungsi protektif. Kedua, terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan memberatnya demam berdarah dengue didapatkan nafsu makan menurun, hepatomegaly, tekanan darah sistolik dan trombosit awal. Dan yang ketiga, Melalui modelling, didapatkan hasil modelling menunjukkan angka trombosit, nilai SGPT, angka leukosit, Ig M Anti NS1 dan Ig G Anti NS1 merupakan prediktor memberatnya demam berdarah dengue. (Wiwin/IRO).

Berita Terbaru