Tantangan Kolaborasi Antar Profesi pada Pelayanan Kesehatan Primer

FK-UGM. Informasi yang benar tentang kesehatan dibutuhkan oleh setiap individu, informasi tersebut berasal dari semua tenaga kesehatan. Dengan demikian, tenaga dan fasilitas kesehatan menjadi penting saat ini, sebanyak 258 juta masyarakat Indonesia sudah masuk dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam Perpres nomor 72 tahun 2012 Sistem Kesehatan Nasional dibagi menjadi dua, yaitu pelayanan kesehatan perorangan  primer (PKPP) dan pelayanan kesehatan masyarakat primer (PKMP). PKPP adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan. “Kontak pertama, pada saat Anda datang ke Puskesmas itu kontak pertama, pada saat Anda dirumah dikunjungi tenaga kesehatan sesungguhnya itu juga merupakan kontak pertama”, papar dr. Anung Sugihantoro, M.Kes, Direktur Jendral Kesehatan Masarakat Kementrian Kesehatan RI dalam kuliah yang disampaikan pada acara workshop Pendidikan Interprofessional dalam Layanan Primer di ruang Senat Fakultas Kedokteran UGM, 27 Oktober 2017.

Acara yang diselenggarakan oleh Tim CFHC Fakultas Kedokteran UGM mengundang dr. Anung sebagai narasumber utama yang berbicara mengenai Kolaborasi Antar Profesi Kesehatan Tantangan Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Penekanan pada pelayanan pengobatan adalah pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan. “Tapi sesungguhnya makna yang kita inginkan dalam sistem kesehatan nasional adalah Healthy Life Style dan kebugaran, urai Dirjen yang juga Dosen Promosi Kesehatan di FKM  Undip. Pelayanan kesehatan primer ini diselenggarakan sebagai pelayanan yang bergerak untuk perorangan, “artinya kita boleh dan kedepan wajib”, tegasnya. Sedangkan PKMP menyasar pada keluarga, kelompok dan masyarakat. Gaya hidup seseorang tidak hanya berasal dari individu itu sendiri tetapi ada influence dari yang lain, utamanya keluarga. Individu dalam sebuah kelompok penting untuk ditinjau termasuk keluarga.

Promosi dan preventif di tingkat Puskesmas yang didalamnya terdiri dari berbagai tenaga kesehatan berupa dokter, perawat, ahli gizi dengan latar pendidikan berbeda-beda merupakan tantangan kolaborasi antara profesi kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Bagaimana bekerja sama tanpa melihat status pendidikan dan status pekerjaan perlu dipahami bersama. Diperlukan team work yang baik, tanggung jawab atas peran masing-masing, komunikasi, hubungan yang baik, saling belajar dan kritis, menjaga etika masing-masing profesi menjadi kunci dalam kolaborasi antar profesi kesehatan. Dengan demikian, kerjasama akan bisa efektif dan se-efisien mungkin. “Saat ini yang terjadi adalah fragmented dan scattered”, ungkap beliau.

Tantangannya adalah perubahan paradigma, yang dulu menyembuhkan (cure) dan memberi (serve), sekarang kita harus care (memiliki rasa tanggungjawab terhadap sebuah layanan kesehatan yang harus kita berikan). Sedangkan tantangan perubahan yang akan dihadapi saat ini yaitu overlapped peran, ketidaksetaraan posisi, beban kerja yang berlebihan, kemampuan komunikasi, perbedaan antar profesi. Sehingga dalam proses pendidikan maupun pelayanan perlu reorientasi pemiikiran dalam melayani, reformulasi sistem pendidikan, reformulasi standar pelayanan dan transformasi pendekatan. (Dian/IRO)

 

Berita Terbaru