Yogyakarta – Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik dihadapan Alloh Ta’ala dan makhluk lainnya. Manusia yang terbaik di hadapan-Nya ditentukan oleh ketaqwaannya. Oleh karena itu setiap manusia tidak diperbolehkan merasa menjadi yang paling baik dan suka mengolok-olok serta merendahkan orang lain. Dalam Al Quran Surat Al Hujurat:13 dijelaskan “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Demikian penggalan ayat suci Al Quran yang dilantunkan oleh saritilawah Dyana Rakhmasari dan qori Nugraha Septian Bahrun dalam gema wahyu Illahi sebagai pembuka acara Syawalan Keluarga Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1435H/2014, Selasa (5/8) di Auditorium FK UGM.
Taqwa memiliki multi konteks yang universal. Dokter Agus Taufiqurrahman, Sp.S dalam hikmah syawalan memaparkan bahwa ketaqwaan tidak hanya berlaku pada hubungan manusia dengan Sang Pencipta, tetapi juga dalam hubungan sesama manusia dan alam semesta. Oleh karena itu “syukur” sebagai manifestasi dari ketaqwaan memiliki 3 parameter yaitu: 1) meyakini dalam hatinya bahwa seluruh nikmat adalah pemberian Alloh Ta’ala, 2) lisannya banyak mengucapkan syukur, 3) apa yang diberi oleh-Nya digunakan untuk kebaikan yang diperintahkan-Nya. Rasa syukur atas ilmu yang kita miliki adalah dengan selalu menggunakan ilmu yang kita miliki guna semakin dekat kepada-Nya. Inilah seharusnya karakter yang dimiliki oleh setiap muslim. Ketika dunia telah mulai kehilangan role model karakter mulia dan mulai kebingungan bagaimana membangun karakter bangsa, Islam telah memberikan jawabannya berabad-abad tahun yang lalu. Al Quran telah memberikan penjelasan yang sangat komprehensif tentang bagaimana menanamkan karakter mulia dalam diri manusia. Oleh karena itu saat ini sangat mendesak adanya gerakan memahami Al Quran (tahfimul Quran) dalam rangka memperbaiki dan mempertahankan karakter mulia anak-anak bangsa. Acara syawalan diakhiri dengan berjabat tangan saling memaafkan, taqobbalallahu minna wa minkum minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batin.