FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan FK-KMK UGM menggandeng Fakultas Farmasi UGM dan Fakultas Kedokteran Gigi UGM menyelenggarakan kegiatan Virtual Summer Course 2021 on Interprofessional Health Care pada tanggal 1-12 November 2021. Kegiatan yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dari delapan negara di dunia ini mengusung tema Complementary Healthcare dan Functional Food.
Dekan FK-KMK UGM, Prof. Ova Emilia, M.Med., Phd., SpOG(K)., menyampaikan bahwa lima tahun summer course yang telah dilaksanakan sejak 2016 selalu memiliki tujuan untuk membuka wawasan berdiskusi antar lintas profesi dalam berbagai topik, dan juga tidak membatasi hanya area nasional namun bersifat global.
Beliau juga memberikan harapan agar pada summer course kali ini mampu memberikan bekal untuk untuk generasi muda agar dapat memanfaatkan kekayaan hayati yang dimiliki negara ini untuk kebermanfaatan masyarakat luas.
“Tema summer course yang diambil dari tahun ke tahun selalu mengangkat tema yang relevan, menarik dan menantang untuk menjadi peluang di masa depan. Sehingga dipilihlah tema complementary health care dan functional food yang saat ini sedang menjadi banyak perbincangan di masyarakat terutama di masa pandemic ini.”, tambah Prof. Gandhes selaku Wakil Dekan Bidang Akademik FKKMK UGM saat konferensi pers secara daring, Senin (1/11).
Prof. Gandhes juga berharap bahwa melalui kegiatan ini generasi muda mempunyai pemahaman lebih dalam dan dapat mengeksplorasi biodiversitas dan potensi besar yang dimiliki negara Indonesia sehingga dapat mencapai kemandirian kesehatan dalam rangka penyediaan obat. Kegiatan ini juga diharapkan bisa memberikan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus menggungah untuk kebaikan kesehatan masyarakat di level nasional maupun internasional.
Namun, ada fakta menarik yang disampaikan oleh Prof. Dr. rer.nat. Triana Hertiani, S.Si., MSi., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Farmasi UGM, bahwa kekayaan alam yang dimiliki tidak cukup dimanfaatkan untuk kebutuhan obat nasional sehingga 95% bahan baku obat masih dipenuhi dengan impor dari luar.
“Dengan menggiatkan acara seperti summer course ini, diharapkan dapat melihat perspektif yang sama mengenai complementary healthcare dan functional food sehingga dapat memicu kemandirian dalam bidang obat dan obat herbal.”, harap Prof. Triana.
Salah satu dari pembicara yang akan menyampaikan materi dalam kegiatan ini adalah Prof. Shu-Yu-Kuo dari Taipei Medical University. Beliau mengatakan bahwa pengobatan alternatif saat ini juga sangat diminati di negara Taiwan sebagai salah satu pilihan terapi. Saat ini yang sedang banyak diteliti disana adalah hubungan antara Functional Food sebagai penanganan Covid-19.
Perwakilan Dosen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet, PhD, AN, APD menambahkan penjelasan mengenai Functional Food yang akan menjadi salah satu topik tema di summer course kali ini. Beliau mengungkanpkan bahwa makanan fungsional saat ini merupakan suatu produk unggalan di Indonesia yang berasal dari bahan alami dan dapat membantu meningkatkan system imun.
“Saat ini banyak makanan yang dapat membantu system imun. Begitu pula banyak penelitian yang sedang dikembangkan terkait dengan makanan fungsional sebagai contoh tempe yang digunakan di rumah sakit dapat mengurangi diare. Di tengah situasi pandemi seperti ini juga perlu memperhatikan dan berhati-hati dengan berita yang beredar di masyarakat terutama terkait dengan makanan.’’, ucap Tony Arjuna.
Ketua panitia summer course 2021, dr. Gunadi, SpBA., Ph.D., mengatakan bahwa dengan berjalannya kegiatan ini selama 5 tahun, menjadi pendukung bahwa UGM layak menjadi world class university. Hal tersebut karena keterlibatan dosen maupun mahasiswa dengan pihak internasional. Pemilahan topik kegiatan ini juga dipilih dengan brainstorming berdasarkan situation terbaru saat ini.
Di akhir penjelesan juga dr. Gunadi memberikan saran agar complementary healthcare dan functional food tidak hanya berhenti sampai topik pembahasan dan pengkajian umum saja. Namun harus dilakukan uji-kilinis di laboratorium agar makanan dan obat ini bisa teruji secara evidence base memiliki manfaat bagi masyarakat.
“Functional Food maupun Complementary Healthcare harus dapat dilakukan pengujian dalam lab agar terbukti kebermanfaatnnya dan mahasiswa memiliki pemahaman untuk memperkuat mitra akademisi dengan para praktisi di bidang ini juga.”, ungkap dr. Gunadi. (Yuga/Reporter)