FK-KMK UGM. Emergensi merupakan suatu kondisi yang sifatnya mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan segera. Setiap tahunnya, lebih dari lima juta orang meninggal karena kasus emergensi, seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan penyebab cedera lainnya. Akibat dari hal tersebut, jutaan orang menjadi cacat seumur hidup dan kehilangan produktivitas ekonomi. Menurut data dari WHO, cedera menyumbang 11% dari total beban penyakit global. Sejauh ini 90% kematian dan kecacatan akibat cedera terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, salah satunya Indonesia.
Indonesia merupakan negara agraris, di mana sebagian penduduknya adalah petani. Dalam hal intensifikasi pertanian, pestisida salah satu pilihan yang digunakan oleh petani. Paparan pestisida secara kronis dapat mengakibatkan kondisi Silent Emergency, salah satunya yang terjadi di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Data di Kecamatan Ngablak sebelumnya menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat keracunan pestisida dengan kognitif orang dewasa dan anak, kejadian tremor, dan neuropati. Kondisi Silent Emergency ini tentunya tidak terjadi secepat kasus emergensi biasa, tetapi dampak yang dirasakan nantinya akan jauh lebih besar dirasakan bagi komunitas
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM bersama dengan FKG dan Fakultas Farmasi UGM mengadakan kegiatan Summer Course 2019 on Interprofessional Health Care: Emergency and Trauma Care untuk mendukung inovasi pengintegrasian program unggulan lintas disiplin UGM dalam memberikan advokasi sekaligus implementasi layanan kesehatan terpadu bagi kasus-kasus emergensi dan trauma.
Kegiatan Summer Course 2019 kali ini diikuti oleh 61 peserta yang terdiri dari 27 mahasiswa UGM, dan 34 peserta dari berbagai universitas mitra luar negeri, seperti: International Medical University, Vrije Universiteit Amsterdam, Ramathibodi Schoool of Nursing, Mahidol University, Cyberjaya University College of Medical Sciences, University of Medicine Pham Ngoc Thach, Manila Central University, Eberhard Karls University, dan Universiti Putra Malaysia.
Selama 1 minggu, peserta mendapatkan paparan materi di kelas dari dosen UGM maupun dosen mitra luar negeri. Pada minggu kedua, peserta akan mendapatkan pembelajaran kesehatan komunitas lintas disiplin di kecamatan Grabag, Ngablak, Pakis, Tegalrejo, Salaman 1, Borobudur, Secang 1, dan Bandongan. Di tempat penugasan tersebut, peserta akan mengikuti kegiatan magang sesuai jam kerja operasional di Puskesmas, maupun kegiatan lapangan seperti posyandu, penyuluhan, maupun kegiatan sekolah. Melalui kegiatan ini, peserta dapat memahami kasus emergensi, trauma atau silent emergency terutama pada kelompok pekerja yang dominan di Indonesia. (Wiwin/IRO)