Success Story: Pentingnya Saling Percaya dan Dapat Dipercaya dalam Tim

FK-KMK UGM. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM kembali menuai prestasi dalam Kompetisi Tatalaksana Kegawadaruratan Pre Hospital pada Kegawatdaruratan Jantung dan Trauma Tingkat Nasional. Muhammad Fatah Baihaqi (Haqi), Astrina Setyaningrum (Astrina), Nafissaturrahmah (Fifi), dan Miftahul Jannah (Jannah) dari PSIK angkatan 2018 menjadi juara 1 dalam cabang lomba Kegawatdaruratan Jantung yang diadakan oleh Hipgabi (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia) Jawa Timur pada bulan Juli 2022.

Perjuangan mereka tidak mudah, banyak batu besar yang harus dilewati untuk menuju puncak. Pada awal terbentuknya tim yang beranggotakan empat orang, mereka ingin mengikuti cabang lomba kegawatdaruratan jantung. Namun, karena persyaratan tidak memungkinkan, tim yang dipimpin oleh Astrina harus mengubah rencana. “Karena syarat cabang lomba kegawatdaruratan jantung harus terdiri dari tiga orang, akhirnya kami harus berganti mengikuti lomba kegawatdaruratan trauma yang memungkinkan diikuti dengan jumlah anggota empat orang,” jelas Astrina.

Jannah mengaku perubahan ini menimbulkan konflik batin dengan dirinya sendiri karena pergantian materi yang harus dipelajari. “Kalau konflik dengan sesama anggota tidak ada, justru kami saling mendukung satu sama lain,” jelasnya.

Masing-masing anggota memiliki motivasi yang berbeda dalam mengikuti lomba. Haqi, anggota tim yang memiliki peran sirkulasi, mengaku bahwa dirinya merasa belum mendapatkan banyak pengalaman semasa kuliah. “Melalui lomba ini, saya ingin membuktikan kalau saya juga bisa jadi keren,” terangnya.  Berbeda dengan motivasi yang dirasakan oleh Fifi, dia mengaku bahwa biasanya mahasiswa PSIK lebih sering mengikuti lomba poster dan karya ilmiah. Melalui lomba kegawadaruratan yang mengutamakan kemampuan praktek secara langsung, ia ingin menantang dirinya sendiri. “Walaupun materi trauma lebih banyak dan sulit, kami tetap enjoy mempelajarinya karena niat dan tekad sudah bulat,” tambahnya.

Dalam lomba yang dilaksanakan di Universitas Airlangga Surabaya kemarin, tim Astrina mendapatkan kasus untuk menangani pasien kecelakaan dengan kondisi tertentu. Ternyata, kasus tersebut tidak sekompleks yang sudah mereka pelajari sebelumnya. “Kami bersyukur karena pembimbing telah mengajarkan kasus yang lebih sulit,” ujar Fifi.

Pada awalnya, mereka tidak tahu jumlah peserta yang mengikuti cabang kegawatdaruratan trauma karena publikasi yang dilakukan penyelenggara cukup minim. “Kami mengira mungkin tidak banyak peserta yang mendaftar, ternyata ada sekitar 180 tim yang ikut. Mental kami sempat down karena mayoritas peserta berasal dari Poltekkes yang punya lebih banyak pengalaman praktek. Namun, akhirnya kami saling meyakinkan satu sama lain untuk tidak menjadikan kemenangan sebagai tujuan utama, yang penting kita sudah berusaha,” jelas Jannah.

Haqi menambahkan bahwa saat proses lomba, justru hal-hal yang menjadi kekhawatiran mereka dipermudah. “Kemudahan tersebut datang karena doa dan harapan dari orangtua serta dosen pembimbing,” tambahnya.

Setiap peran dalam tim memiliki tantangannya masing-masing. “Tantangan terbesar saya sebagai ketua adalah bagaimana caranya bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat, tidak terburu-buru,” jelas Astrina. Fifi sebagai sirkuler mengaku bahwa tantangan perannya adalah mengetahui apa yang dibutuhkan teman-teman anggota tim dan menyiapkannya dengan segera. Tantangan keseluruhan tim adalah percaya dan dapat dipercaya satu sama lain oleh masing-masing anggota.

Astrina berterima kasih kepada semua anggota tim karena telah menjadikan proses persiapan hingga pelaksanaan lomba terasa menyenangkan. “Melalui pengalaman lomba ini saya ingin menyampaikan bahwa saling percaya dan dapat dipercaya menjadi nilai paling penting yang harus dijunjung oleh semua anggota tim,” tambahnya. Jannah menambahkan bahwa kesempatan tidak datang dua kali, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin ketika kesempatan datang. “Selain itu, kita harus percaya bahwa keberuntungan akan datang setelah usaha yang kita lakukan,” terang Fifi.

“Sebagai pelengkap atas itu semua, kita harus ingat bahwa usaha yang kita lakukan secara kasat mata harus diimbangi dengan usaha batin,” tambah Haqi. (Nirwana/Reporter)