FK-KMK UGM. Pada Jumat, 8 Maret 2024, bertempat di Aula Pemerintah Daerah Kompleks Pemda II Kabupaten Bantul, dilaksanakan sosialisasi penanggulangan bencana untuk seluruh kelurahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga 11.30 WIB ini dihadiri oleh perwakilan dari 75 kelurahan, masing-masing diwakili oleh kader kesehatan. Kabupaten Bantul menjadi lokasi kegiatan kali ini, mengingat wilayah ini memiliki risiko bencana yang cukup tinggi dan beragam, termasuk gempa, banjir, longsor, dan tsunami. Pengalaman dan ketangguhan masyarakat Bantul dalam menghadapi bencana menjadikannya sebagai contoh yang sangat relevan untuk kegiatan sosialisasi ini.
Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dr. Rr. Anugrah Wiendyasari, M.Sc. Dalam sambutannya, Anugrah mengungkapkan bahwa Bantul memiliki potensi risiko bencana yang signifikan, dan melalui kegiatan ini, diharapkan para kader kesehatan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam penanggulangan bencana, khususnya dalam aspek kesehatan. Kegiatan ini didanai oleh Dinas Kesehatan Provinsi DIY melalui anggaran APBD.
Selanjutnya, dr. Dwi Hikmah Watiningsih, M.Kes, Kepala Seksi Kesehatan Dasar, Rujukan, dan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Provinsi DIY, memberikan materi penting tentang peran BPJS Kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana. Dwi menjelaskan bahwa BPJS Kesehatan merupakan salah satu alat penting dalam mendukung pelayanan kesehatan selama masa bencana dan krisis. Oleh karena itu, para kader kesehatan diharapkan aktif dalam mendata dan mengadvokasi warga untuk memiliki dan memanfaatkan BPJS Kesehatan guna memastikan perlindungan kesehatan yang optimal dalam situasi darurat.
Materi berikutnya disampaikan oleh dr. Alif Indiralarasati, peneliti di divisi manajemen bencana kesehatan PKMK FK-KMK UGM. Dr. Alif memaparkan materi mengenai kesiapsiagaan bencana dan krisis kesehatan bagi masyarakat yang dibagi menjadi tiga bagian: konsep risiko dalam penanggulangan bencana, peluang peningkatan kapasitas di daerah, serta implementasi dan contoh nyata di masyarakat. Dr. Alif menekankan pentingnya peran kader kesehatan sebagai penghubung antara tenaga kesehatan dan masyarakat, serta tanggung jawab mereka dalam memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa tanggap darurat.
Kegiatan ditutup dengan rencana tindak lanjut, termasuk penyusunan peta risiko di setiap kelurahan, pendataan ambulans yang ada di Kabupaten Bantul, serta penyelenggaraan simulasi penanggulangan bencana. Semua langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap potensi bencana di wilayah tersebut. Artikel ini mendukung pilar keempat dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu Pendidikan Berkualitas.
(Reporter: dr. Alif Indiralarasati)