Simposium Internasional: Perubahan Iklim dan Kesehatan

IMG_7943 (640x427)“Mitigasi, Adaptasi Dalam Sektor Kesehatan Dengan Fokus Penelitian, Kebijakan Dan Pelaksanaan”

 

Iklim global sedang mengalami perubahan, dan dampak fisik, biologis dan sosial akibat perubahan iklim tersebut sudah mulai terlihat. Kesehatan masyarakat sedang mengalami pembahayaan oleh suhu global yang meningkat dan dampak kesehatan termasuk kematian dan penyakit yang disebabkan oleh iklim ekstrim (banjir, gelombang panas), penyakit menular melalui air dan vektor (malaria, demam berdarah dan kolera), hasil panen yang berkurang (malnutrisi) dan penyakit jiwa yang disebabkan oleh kejadian ektrim seperti bencana yang dapat  menyebabkan kehilangan properti, sindrom stres pasca trauma, dan bunuh diri. Warga miskinlah yang paling menderita sedangkan kesehatan masyarakat yang memburuk sangat berdampak buruk terhadap perekonomian negara.

Produksi makanan yang mengalami penurunan akibat kemarau yang berkepanjangan dan perubahan pola hujan telah mengancam keamanan pangan, dan Indonesia sendiri telah mengalami kehilangan 300,000 ton dari hasil panen akibat perubahan iklim. Selain itu, curah hujan yang meningkat, banjir dan tanah longsor menyebabkan gangguan sosial ekonomi dan meningkatkan risiko infeksi, seperti malaria dan demam berdarah. Faktanya, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, dikarenakan Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, keanekaragaman hayati yang tinggi, pulau-pulau yang berjumlah sangat banyak (18.000) dan garis pantai sepanjang 80.000 kilometer. Situasi negara kita ini, menggambarkan suatu kebutuhan yang mendesak dimana semua orang dari semua lapisan masyarakat harus bekerja menyusun strategi mitigasi sementara pada saat yang sama melindungi kesehatan masyarakat melalui adaptasi.

Tujuan diselenggarakannya symposium ini adalah memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, pelaku kesehatan maupun pemangku kebijakan. Kesiapan masyarakat terhadap perubahan iklim, meminimalisir kerentanan perubahan iklim terhadap masyarakat, serta menjadi salah satu fokus dalam kebijakan politik di sektor kesehatan. Selain itu manajemen Rumah Sakit, bagaimana rumah sakit mempersiapkan diri atas bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim, seperti: tanah longsor, banjir, topan, kebakaran hutan dan lain-lain.

IMG_7927 (640x427)Kesiapan dan kesadaran dokter, perawat, serta masyarakat dalam menangani perubahan iklim sangat penting dalam menunjang sektor kesehatan. Terjadinya bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim membawa dampak pada kesehatan yang ditimbulkan pada masyarakat atau lingkungan yang terkena dampak bencana. Dengan demikian kesadaran pemangku kebijakan serta pelaku kesehatan terhadap perubahan iklim diharapkan dapat menjadi perhatian khusus di Indonesia.

Peta “CC-Map” dibuat tahun 2012 sebagai bentuk kerjasama Indonesia – Swedia antara Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Universitas Umeå. Kerjasama ini di biayai oleh Swedish Developement and Cooperation Agency (Sida), dan telah melahirkan kerjasama yang sangat erat, yang melibatkan Dinas Kesehatan Nasional dan lokal dari kedua negara tersebut. Kerjasama telah dimulai di Gunungkidul (40 km tenggara dari kota Yogyakarta). Proyek ini meliputi penelitian, pembuatan kebijakan serta aplikasinya, dengan harapan hasil yang dicapai dapat di masukkan atau diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan Indonesia maupun Swedia.

Hadir dalam symposium tersebut, antara lain: Dr. Vensya Sitohang dari Kementerian Kesehatan, Jakarta, perwakilan staf dari Ibu Bandingah Bupati Gunungkidul , Ms Annika Siwertz dari Kedutaan Besar Swedia di Yogyakarta, ahli bidang kebijakan telemedicine Swedia di tingkat nasional Mr Martin Andreasson dan Mrs Birgitta Nordvall, mewakili County Council of Västerbotten, Swedia.

Pembicara-pembicara utama adalah Dr. Lachlan McIver, Konsultan Perubahan Iklim & Kesehatan untuk WHO, dan Mr Sharad Adhikary, Penasehat Kesehatan Lingkungan, WHO, Indonesia.

Proyek akan berakhir pada hari Kamis, 5 Desember di Gunung Kidul dengan diadakannya simulasi bencana tanah longsor. Simulasi ini akan melibatkan lebih dari 100 orang yang berasal dari warga setempat, Divisi Manajemen Bencana di Fakultas Kedokteran dan RSUP Dr Sardjito, Badan penanggulangan bencana lokal di Gunung Kidul, RSUD Wonosari dan Puskesmas.