FK-KMK UGM. Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UGM melakukan inovasi produk pangan dengan memanfaatkan buah labu kuning dan buah naga merah sebagai produk pangan fungsional. Inovasi ini dilatarbelakangi banyaknya komoditas buah naga dan labu kuning tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat khususnya di Kabupaten Banyuwangi.
Tim PKM SAE Fruit Leather melihat bahwa inovasi produk pangan sangatlah dibutuhkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat peluang besar untuk membuat produk pangan fungsional dari labu kuning dan buah naga merah yang dapat disukai oleh anak-anak. Produk pangan fungsional ini bernama SAE Fruit Leather.
Pada kegiatan PKM ini, mahasiswa yang melaksanakan beranggotakan lima mahasiswa. Mahasiswa tersebut adalah Muhammad Attar Gibran, Bernadeta Tresnanira, Trisha Nadira, Divara Hana Vania, dan Azra Syifa. Mereka membuat inovasi produk pangan fungsional yang kaya akan serat dan zat gizi berupa dendeng buah atau fruit leather yang terbuat dari buah naga merah dan labu kuning.
Produk ini merupakan sebuah inovasi baru untuk membuat camilan sehat dari buah lokal yang dapat disukai oleh anak-anak. Dendeng buah diproduksi menggunakan alat pengering berupa dehydrator agar kandungan nutrisi dari buah tetap terjaga. Produk ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak, terutama anak-anak pada usia sekolah di bangku SD dan SMP.
Produk SAE Fruit Leather telah lolos uji keamanan pangan TPC bakteri dan jamur, serta telah melalui uji kandungan gizi. Selain itu, produk SAE Fruit Leather juga dapat disantap dengan menggunakan es krim untuk menambah cita rasa yang disukai oleh anak-anak. Saat membeli produk SAE Fruit Leather, konsumen juga akan mendapatkan QR Code yang terhubung dengan website SAE. Pada website tersebut, konsumen dapat mengetahui fakta-fakta unik seputar buah naga merah dan labu kuning, serta mengikuti cerita petualangan SAE bersama tiga karakter maskot SAE, yaitu Desva, Sina, dan Luha.
Tim PKM berharap produk ini dapat ikut mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan membantu memenuhi asupan serat dan mikronutrien bagi generasi penerus bangsa, membantu usaha perekonomian para petani buah naga dan labu kuning, serta melibatkan penggunaan IPTEK dalam pengembangan usaha dan produk pangan fungsional. (Kontributor: Divara Hana Vania).