Residen DVE FK-KMK UGM Paparkan Studi Alergi Kosmetik di Forum Internasional ISCoD 2025

FK-KMK UGM. Dalam rangkaian International Scientific Meeting on Cosmetic Dermatology (ISCoD) 2025, dr. Nurbaiti, residen dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Dermatologi, Venereologi, dan Estetika (DVE) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, tampil sebagai pemapar dalam sesi presentasi ilmiah yang digelar di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Sabtu (3/5). Simposium ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) melalui Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) dan dihadiri oleh praktisi serta akademisi dermatologi dari dalam dan luar negeri.

Dalam sesi oral presentation, dr. Nurbaiti memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Cosmetic-induced allergic contact dermatitis: A Retrospective study of patch test findings in a tertiary hospital”. Studi ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, dengan tujuan mengevaluasi prevalensi dermatitis kontak alergi (DKA) akibat kosmetik, hasil uji tempel (patch test), serta mengidentifikasi alergen kosmetik yang paling sering memicu reaksi alergi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk perawatan kulit (skincare) merupakan salah satu pemicu utama DKA kosmetik pada pasien. Temuan ini mempertegas urgensi edukasi publik tentang pentingnya membaca label bahan, memahami jenis kulit, serta berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum menggunakan produk kosmetik secara rutin. Kesadaran masyarakat akan keamanan bahan dalam kosmetik menjadi langkah awal dalam pencegahan penyakit kulit akibat reaksi alergi.

Partisipasi dr. Nurbaiti dalam forum ilmiah ini menjadi bukti nyata peran aktif residen FK-KMK UGM dalam menyuarakan hasil riset berbasis pelayanan klinis yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, serta mendukung SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dengan upaya pencegahan penyakit kulit, serta SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui penyebarluasan ilmu berbasis bukti kepada komunitas medis, maupun SDG 5: Kesetaraan Gender. (Kontributor: Wega Wisesa Setiabudi).