Raih Doktor Usai Kaji Gangguan Kognitif Penderita Stroke

FK-KMK UGM. Data kajian epidemiologi WHO menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi Vascular Cognitive Impairment (VCI). Prevalensi VCI dan demensia vaskular (VaD) bervariasi antara 20-80% serta bervariasi antarnegara, ras, usia, serta bergantung pada kriteria diagnostik yang digunakan. Data Riskesdas tahun 2007 bahkan menujukkan bahwa penyakit serebrovaskular bisa menyebabkan kemunduran kognitif. Bahkan, frekuensi VCI (20-30%) bisa meningkat risikonya sampai 2 tahun pascastroke.

Seringkali, masalah VCI tidak terdiagnosis dengan baik. Oleh karenanya deteksi dini atas VCI ini sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut diungkapkan Dr. dr. Astuti, Sp.S(K) dalam ujian terbuka program doktor, Selasa (24/11) secara daring. “Keterlambatan penanganan akan memperburuk dan mempersulit penanganan. Karena kecacatan yang ditimbulkan dari gangguan fungsi kognitif pascastroke sangaat besar,” ungkapnya.

Dalam penelitiannya, Dr. Astuti berupaya untuk mengetahui peran VEGF dan BDNF menjadi faktor protektif terjadinya VCI. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan molekul kunci yang mengatur pembentukan dan fungsi dari jaringan vaskular. VEGF mengatur proses angiogenesis dengan mengatur pertumbuhan, perkembangan, dan menjaga kesehatan dari sistem sirkulasi.

Pada proses penuaan atau proses iskemia seperti pada stroke, sinyal dari faktor neurotropik tersebut mengalami masalah dan berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif seseorang.Terdapat tiga faktor neurotropik yang berperan, yakni (1) brain-derived neurotrophic factor (BDNF); (2) nerve growth factor (NGF); dan (3) glial cell-derived neurotrophic factor (GDNF).

“BDNF memegang peranan penting dalam proses belajar dan memori sebab BDNF mengatur LTD (long term depression) dan LTP (long term potentiation), plastisitas sinaptik, pertumbuhan akson, proliferasi dendritik dari sel saraf glutamatergik, dan diferensiasi sel saraf,” tutur Dr. Astuti.

Doktor Astuti merupakan lulusan program Doktor UGM ke-5002 dengan promotor Dr. dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S(K) ini berhasil meraih IPK: 3,94 (Wiwin/IRO).

Berita Terbaru