Di balik suksesnya program Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM), ada sosok-sosok pembimbing yang tak pernah lelah mendampingi mahasiswa di lapangan. Salah satu dari mereka adalah Bapak Purwanta, S.Kp., M.Kes. — dosen dari Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas FK-KMK UGM yang sejak tahun 2015 telah setia menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), melintasi waktu, tempat, dan generasi mahasiswa demi sebuah pengabdian yang berkelanjutan.
Langkah Awal Menjadi DPL: Sebuah Panggilan Pengabdian
Awalnya, peran sebagai DPL mungkin tak pernah terbayang dalam benak Pak Pur – panggilan akrabnya di kalangan mahasiswa. Namun, ketika kesempatan itu datang melalui edaran resmi dari Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM, beliau terpanggil. Sebelum terjun langsung, ia mengikuti pelatihan khusus untuk membekali diri sebagai DPL. Maka, dimulailah perjalanan panjangnya mendampingi mahasiswa KKN di berbagai daerah — dari Bantul, Jogja, hingga Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bagi Pak Purwanta, menjadi DPL bukan sekadar mendampingi mahasiswa menyelesaikan program kerja. “Saya melihat ini sebagai ladang pembelajaran. Tidak hanya mahasiswa yang belajar dari masyarakat, tetapi kami sebagai pembimbing juga terus belajar dan memperluas wawasan,” ujarnya dengan senyum khas penuh ketulusan.
Tanggung Jawab DPL: Mengawal Proses Hingga Akhir
Sebagai DPL, tugas Pak Purwanta mencakup banyak aspek: mulai dari survei lokasi, penerjunan mahasiswa, pembimbingan selama proses KKN, hingga penarikan mahasiswa kembali ke kampus. Bahkan, pada penempatan di luar kota, beliau harus tinggal selama 3-4 hari bersama mahasiswa di lokasi KKN untuk memastikan seluruh proses berjalan lancar.
Bukan hal mudah membimbing mahasiswa di lapangan, apalagi dengan latar belakang dan karakter yang beragam. Pak Purwanta pun memiliki cara tersendiri untuk membangun kedekatan. Ia tak sekadar memberi arahan dari kejauhan, melainkan benar-benar hadir di tengah-tengah mereka: mengingat nama satu per satu mahasiswa, membentuk grup per sub-unit untuk memudahkan komunikasi, hingga rajin melakukan monitoring secara berkala. “Kedekatan itu penting. Karena ketika mereka nyaman dengan pembimbing, masalah-masalah di lapangan bisa cepat ditemukan solusinya,” tuturnya.
Dinamika dan Tantangan Lapangan
Pengalaman mendampingi mahasiswa di lokasi KKN juga membawa berbagai tantangan. Pak Purwanta mengakui bahwa menjaga moral tim mahasiswa serta menyelesaikan konflik internal merupakan ujian tersendiri. “Mahasiswa datang dari latar belakang yang berbeda, membawa karakter dan idealisme masing-masing. Tugas kami sebagai DPL menjaga agar perbedaan itu justru memperkuat tim, bukan memecahnya,” paparnya.
Selain itu, masalah pendanaan kerap menjadi kendala, terutama untuk mahasiswa yang melakukan KKN di luar Jawa. Keterbatasan dana acapkali menghambat realisasi program yang sebenarnya telah dirancang dengan sangat baik.
Kisah Sukses KKN-PPM di Magetan 2024
Salah satu kisah sukses yang sangat berkesan bagi Pak Purwanta terjadi di Magetan pada tahun 2024. Di sana, mahasiswa KKN menjalankan beragam program yang menyasar berbagai lapisan masyarakat: dari anak-anak SD hingga pelaku UMKM.
Untuk anak-anak SD, mahasiswa memberikan edukasi tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Di tingkat SMP dan SMA, mereka memberikan motivasi dan informasi seputar studi lanjut. Sementara untuk UMKM, pendampingan dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengemasan produk, pemanfaatan QRIS dalam transaksi, hingga penguatan manajemen pemasaran.
Mahasiswa juga turut mengembangkan potensi wisata lokal, seperti di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu. Bahkan, di Telaga Wahyu, mereka merancang master plan wisata keluarga dengan fasilitas pemancingan dan area bermain anak-anak.
Tak hanya itu, mahasiswa KKN di Magetan juga memberikan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga. Masyarakat diajak memilah sampah organik dan anorganik, memanfaatkan sampah organik menjadi maggot sebagai pakan ternak, hingga membuat kompos menggunakan ember tumpuk. Mereka juga melakukan edukasi di pondok pesantren terkait kegawatdaruratan. Serta mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan pangan berbasis hasil pertanian lokal.
Sebentuk Penghargaan yang Menghangatkan Hati
Atas dedikasi yang tiada henti, Pak Purwanta pun pernah menerima penghargaan dari DPKM sebagai DPL Berprestasi Kluster Kesehatan di Magetan, Jawa Timur Tahun 2024. Ia mengaku sempat terkejut atas penghargaan itu, karena baginya, peran DPL adalah sebuah pengabdian yang dilakukan sepenuh hati, bukan untuk meraih pujian. “Penghargaan ini bukan hanya milik saya, tetapi juga milik semua DPL yang setiap hari berjuang di lapangan bersama mahasiswa,” ucapnya merendah.
Menyulam Masa Depan KKN-PPM UGM
Kisah pengabdian Pak Purwanta tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang KKN-PPM UGM itu sendiri. Sejak cikal bakalnya yang dimulai tahun 1951 lewat Program Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), KKN-PPM UGM terus berkembang menjadi wahana pembelajaran luar kelas yang nyata. Kini, KKN-PPM tak sekadar membawa mahasiswa belajar bersama masyarakat, melainkan juga mengintegrasikan tema-tema strategis: pengentasan kemiskinan, pengelolaan sampah, pencegahan stunting, pembinaan BUMDes, hingga pengembangan desa wisata.
Bagi Pak Purwanta, penguatan dukungan finansial dari mitra atau sponsor akan menjadi langkah strategis untuk menopang keberlangsungan KKN ke depan. Ia juga berharap mahasiswa dan DPL senantiasa menjaga komunikasi terbuka serta merancang program yang matang dan aplikatif.
“Semakin baik persiapan, semakin besar manfaat yang bisa diberikan kepada masyarakat,” pesannya menutup perbincangan kami.
Melalui ketulusan, kesabaran, dan keteladanan seperti Pak Purwanta, KKN-PPM UGM terus menjadi ruang belajar hidup yang kaya makna, bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi para pembimbingnya. (Penulis: Paramita Sari)