Public Health Symposium 2024: One Health Approach: Addressing Challenges in Antimicrobial Resistance

FK-KMK UGM. Magister Kesehatan Masyarakat FKKMK UGM sukses menggelar Public Health Symposium dengan tema One Health Approach: Addressing Challenges in Antimicrobial Resistance. Acara yang berlangsung pada 12-13 Juni 2024 ini menghadirkan berbagai pemikiran dan temuan terbaru dalam bidang kesehatan masyarakat, sebanyak 114 abstrak berhasil masuk pada kegiatan PHS periode ini. Tidak hanya diikuti oleh civitas akademika  UGM saja, beberapa universitas dan institusi lain juga turut ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, diantaranya Universitas Jember, Universitas Indonesia, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, BPOM, BRIN, BPJS dan Dinkes Jambi”serta universitas negeri lain di Indonesia.

Pada hari pertama, para mahasiswa mempresentasikan abstrak dan temuan kasus mereka yang telah disiapkan dengan seksama. Mereka menunjukkan berbagai inovasi dan pendekatan baru dalam mengatasi masalah resistensi antimikroba, sebuah tantangan global yang semakin mendesak.

Hari kedua acara ini diisi dengan sesi panel yang menghadirkan beberapa ahli internasional. Narasumber yang hadir adalah Prof. Hiroshi Sato dari Yamaguchi University, Jepang; Dr. Ahmed Abd. El Wahid dari Leipzig University, Jerman; Prof. Roger Frutos dari Montpellier University, Prancis; serta Prof. Dr. Tri Wibawa, PhD, SP.MK(K) dari Universitas Gadjah Mada. Diskusi panel ini memberikan wawasan mendalam dan perspektif global mengenai strategi dan kebijakan yang perlu diadopsi untuk menghadapi resistensi antimikroba.

Prof. Hiroshi Sato membahas pentingnya pendekatan multidisipliner dalam mengatasi resistensi antimikroba, sementara Dr. Ahmed Abd. El Wahid membagikan penelitian terbaru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi bakteri di lingkungan rumah sakit. Prof. Roger Frutos menyoroti pentingnya pengembangan antibiotik baru dan penggunaan yang tepat, sedangkan Prof. Dr. Tri Wibawa menekankan pentingnya kebijakan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan dalam menangani masalah ini.

Symposium ini tidak hanya memperdalam pemahaman peserta tentang tantangan resistensi antimikroba tetapi juga mendorong kolaborasi lintas negara dan disiplin ilmu. Diskusi yang berjalan hangat dan interaktif memberikan harapan baru dalam pencarian solusi terhadap krisis kesehatan global ini.

Acara ini juga menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk mengasah kemampuan presentasi dan penelitian mereka, serta memperluas jaringan akademis dan profesional. “Kami berharap kegiatan ini dapat memacu semangat penelitian dan inovasi di kalangan mahasiswa, serta memberikan dorongan kepada mahasiswa agar bisa mempresentasikan temuan-temuan menarik ini di conference internasional,” ujar dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, M.P.H., Ph.D.

Dengan berakhirnya symposium ini, para peserta diharapkan memiliki bekal pengetahuan dan inspirasi baru untuk terus berkontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat serta memiliki langkah-langkah konkret dan kerjasama yang baik, sehingga dapat mempercepat solusi terhadap masalah resistensi antimikroba di Indonesia dan dunia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) terutama SDG nomor 3 terkait dengan Kesehatan dan Kesejahteraan, SDG nomor 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan SDG 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Kontributor: Magister Kesehatan Masyarakat, Editor: Humas FK-KMK. Artikel ini telah diunggah di Website Magister Kesehatan Masyarakat)