Yogyakarta – Rabu (20/8), bertempat di Gedung Griya Nirmolo, dusun Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul diselenggarakan bakti sosial periksa mata gratis oleh alumni SMA N 4 Yogyakarta, Fakultas Kedokteran UGM, PERDAMI DIY (Persatuan Dokter Mata Daerah Istimewa Yogyakarta). Peserta periksa mata gratis berkisar 200an siswa SD, mulai dari kelas 2 hingga 5, berasal dari SD Muhammadiyah Bantul, SD Padokan I, dan SD Nirmala. Acara ini terselenggara berkat kerjasama dari berbagai pihak, antara lain dari FK UGM, RSUP DR Sardjito, DESERET Foundation yang membantu mensponsori alat kesehatan dan kacamata gratis, PERDAMI yang menyediakan tenaga dan beberapa alat kesehatan, alumni-alumni SMA N 4 Yogyakarta tahun angkatan ke-69 sebagai administrasi dan penyelenggara, serta PEMDA Bantul. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan bupati Bantul dan pihak DESERET Foundation yang ingin meninjau langsung penggunaan dana yang mereka sumbangkan. DESERET Foundation merupakan suatu lembaga yang mendanai kegiatan-kegiatan untuk kemanusiaan seperti penyediaan air bersih, alat kursi roda, kacamata, dan lain sebagainya.
“Sebelumnya, pada tanggal 27 Juli lalu, acara periksa mata gratis ini sudah kami lakukan di wilayah kecamatan kasihan untuk kelas 6 SD. Jadi, acara ini merupakan episode yang kedua,” tutur Pak Kusparmadi, perwakilan alumni SMA 4. Menurut penjelasan dari Prof. dr. Suhardjo, S.U., Sp.M(K) sebagai koordinir dalam acara tersebut serta perwakilan dari FK UGM, RSUP Dr Sardjito dan PERDAMI, prevalensi mata myopi (rabun dekat) pada anak SD berkisar 8%. Walaupun sedikit, namun sebagian besar dari penderita myopi tidak menyadarinya. Hal itu tentunya menjadi masalah kesehatan nasional disamping penyakit-penyakit mata yang lain. Penderita myopi seringkali terganggu prestasi akademik di sekolah jika tidak ditangani. Selain itu, kesehatan mata mereka dapat ditangani sedini mungkin lewat pemeriksaan gratis ini. Beliau juga berharap agar pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada peningkatan kualitas tenaga-tenaga kesehatan dalam UKS (Unit Kegiatan Sekolah) agar pendeteksian gangguan penglihatan pada anak dapat ditemui sedini mungkin. Pihak PERDAMI juga siap untuk melatih mereka, tutur Prof. Suhardjo.
PERDAMI DIY sendiri sering melakukan kegiatan sosial seperti ini di masyarakat. Itu ditujukan sebagai bukti pengabdian masyarakat bagian pendidikan spesialis mata. Harapannya juga agar dapat ditiru oleh pihak-pihak yang lain. Setiap tahun, PERDAMI DIY menargetkan 2000 kacamata gratis bagi yang membutuhkan. Untuk tahun depan, target ditingkatkan menjadi 2500 kacamata gratis. Pemeriksaan seperti ini memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar kegiatan seperti ini selalu berkelanjutan agar dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. (Rista/Reporter)