FK-KMK UGM. Tren stunting di Indonesia memang mengalami penurunan sejak 2021, termasuk di wilayah Bantul. Prevalensi stunting di Bantul tahun 2023 adalah 6.37%, dimana angka ini cenderung stagnan dengan tahun sebelumnya yaitu 6.42% (Dinas Kesehatan Bantul, 2024). Oleh karena itu beberapa strategi untuk menurunkan angka stunting dilakukan oleh Dinas Kesehatan Bantul, salah satunya menargetkan remaja.
Departemen Obgin FK-KMK UGM berkesempatan untuk berpartipasi dalam salah satu rangkaian program PROGADU CETING RAJA (Program Terpadu Pencegahan Stunting Pada Remaja), yaitu Pejabat (Program Edukasi Remaja Sehat & Hebat) yang merupakan upaya promotif dan preventif untuk mencegah stunting sejak remaja. Acara yang diadakan di Destinasi Bendo Nyawiji dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Kepala Puskesmas Srandakan, Jajaran Pemerintah Srandakan, Kader serta 60 siswa SMA 1 Srandakan berlangsung pada tanggal 20 Agustus 2024.
dr Pramudita Mandegani, MPH (dr Egha) dari Departemen Obgin memaparkan edukasi terkait pentingnya kesehatan reproduksi dan asuhan masa sebelum hamil untuk mencegah stunting. Hal ini penting diketahui oleh remaja agar mereka mengetahui pentingnya konsumsi Tablet Tambah Darah dan melakukan asuhan masa sebelum hamil di fasilitas kesehatan terdekat guna memastikan kelayakan kesehatan ibu sebelum hamil untuk mencegah luaran kehamilan yang buruk dan stunting.
Selain informasi terkait kesehatan reproduksi seperti bahaya penyakit menular seksual dan pentingnya nutrisi seimbang, dr Egha memaparkan terkait rendahnya compliance konsumsi Tablet Tambah Darah di kalangan remaja. Anemia saat remaja dapat berefek jangka panjang, yaitu ibu hamil anemia dan stunting. Rendahnya kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah 1 minggu sekali dikalangan remaja dikarenakan problem rasa yang tidak enak. Oleh karena dampak buruk anemia pada remaja pada stunting, dr Egha menghimbau pada remaja agar tertib mengkonsumsi TTD dan sumber zat besi lainnya. Selain itu, asuhan masa sebelum hamil/preconception care dipaparkan kepada remaja agar remaja mengetahui pentingnya asuhan tersebelum sebelum menikah. “Preconception care itu penting agar kita dapat menilai apakah perempuan layak untuk hamil, jika ada faktor risiko seperti anemia, obesitas/terlalu kurus, penyakit saat hamil, ibu hamil sehat dan jantung dapat diberikan intervensi dahulu sebelum hamil. Sehingga diharapkan mempunyai luaran kehamilan yang baik, ibu dan bayi tumbuh sehat”, papar dr Egha.
Edukasi dengan turun langsung ke lapangan yang rutin dilakukan oleh Departemen Obgin seperti ini sejalan dengan tujukan SGD poin 3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera serta SDG poin 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan. Fokus kali ini pada kesehatan remaja guna mendukung kesehatan saat masa kehamilan, serta dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. (Penulis: dr Pramudita Mandegani, MPH. Editor: Dr.dr. Moh. Nailul Fahmi, Sp.O.G., Subsp.Onk. & Dian/Humas)