Prof. Lina Choridah Dikukuhkan sebagai Guru Besar Radiologi-Pencitraan Payudara dan Reproduksi Perempuan

FK-KMK UGM. Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) telah berhasil memperoleh gelar sebagai Guru Besar dalam Bidang Radiologi-Pencitraan Payudara dan Reproduksi Perempuan di  Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Beliau melaksanakan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Kamis (13/02) di Balai Senat Lantai 2 Gedung Pusat UGM.

Pidato pengukuhan Prof. Lina berjudul “Masa Depan Radiologi dalam Penguatan Strategi Pengelolaan Kanker Payudara.” Topik tersebut dipilih karena saat ini masih sering dijumpai penderita kanker payudara terdiagnosis pada stadium awal yang sering tidak disadari sehingga sampai di stadium lanjut. Hal ini dikarenakan belum ada metode skrining yang adekuat. Pada dasarnya, penanganan yang tepat sangat berperan dalam keberhasilan pengobatan dan keberlangsungan hidup pasien.

Dalam pemaparannya, Prof. Lina mengatakan skrining kanker payudara bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit sebelum gejala muncul. Sehingga dapat menemukan kanker pada tahap awal yang lebih mudah diobati dan memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Disampaikan bahwa sampai saat ini, mamografi adalah metode skrining yang paling umum digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.

“Skrining mamografi berbasis populasi belum mampu dilakukan di Indonesia, tetapi skrining mamografi oportunistik dianjurkan untuk dilakukan secara berkala. Yakni setiap dua tahun sekali pada Perempuan usia 40-50 tahun, dan setiap tahun untuk Perempuan di atas 50 tahun,” terang Prof. Lina.

Prof. Lina memaparkan bahwa kurun tahun 2024-2025 Kemenkes meluncurkan program pengadaan alat mamografi yang ditempatkan di 514 Rumah Sakit Daerah di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk menjaga mutu layanan, menjamin kualitas pelayanan, standar dan kompetensi dari tenaga kesehatan dalam penanganan kanker di Indonesia.

Perkembangan teknologi makin masif, pun dengan teknologi radiologi. Adanya pergeseran dari radiologi konvensional ke digital mulai muncul pada akhir abad 20. Full Field Digital Mammography (FFDM) menggantikan mamografi film analog radiasi yang ditransmisikan mamografi digital diterima oleh detektor citra elektronik. Keunggulan sistem ini adalah adanya pemisah antara akuisis gambar dan penyimpanan gambar, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih banyak dengan dosis radiasi yang lebih rendah.

Pada penelitiannya, Prof. Lina menyampaikan adanya integrasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sebagai kolaborator AI dalam merawat pasien secara efesien dengan memanfaatkan teknik canggih dalam pencitraan multiparametric dan radiomik. Sistem AI meningkatkan deteksi interval kanker dan memiliki kinerja diagnostik yang tinggi dalam program skrining berbasis populasi.

“Dengan pembelajaran gabungan dan meningkatnya ketersediaan data beranotasi jumlah besar dan tersedia untuk umum, algoritma AI akan meningkatkan deteksi dan karakterisasi kanker payudara untuk berbagai modalitas pencitraan, termasuk USG, MRI, dan mamografi dengan kontras.”

“Apakah peran dokter akan digantikan oleh AI? Jawabannya adalah ‘tidak’. AI adalah suatu alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan dokter spesialis radiologi sehingga dapat meningkatkan fokus terhadap pasien dan bahkan memunculkan peluang untuk mengembangkan keahlian dalam penatalaksanaan payudara yang lain,” tambah Prof. Lina.

Prof. Lina menyoroti bahwa kanker payudara masih menjadi permasalahan kesehatan prioritas hingga saat ini. Pada waktu bersamaan, sekarang merupakan masa transformasi pencitraan medis. Pencitraan payudara berkolaborasi dengan AI akan menjadi bagian penting dalam penatalaksanaan kanker yang berpusat pada pasien. Penggabungan data berbasis pada pencitraan dengan ‘omics’ klinis, genom, laboratorium, patologis dan lainnya yang dikenal dengan radiomik dan radiogenomik sebagai biomarker kanker payudara, akan menjadi tantangan dalam penelitian-penelitian masa depan.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. menyampaikan bahwa Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K) merupakan salah satu dari 525 Guru Besar aktif di Universitas Gadjah Mada. Di tingkat fakultas merupakan Guru Besar ke 72 aktif dari 102 Guru Besar yang pernah dimiliki oleh FK-KMK UGM. Pengukuhan Guru Besar Prof. Lina sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender, maupun SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. (Humas/Sitam).