FK-KMK UGM. Di lansir dari temuan Pricewaterhouse Coopers (PwC) tercatat sebanyak 600.000 orang Indonesia merupakan wisatawan medis. Indonesia menduduki tingkat pertama mengalahkan Amerika Serikat dengan 500.000 orang yang melakukan perjalanan wisata medis.
Hal ini kemudian menjadi rentan, mengingat mobilitas ini ditujukan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di beberapa negara tujuan seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, atau lainnya.
Sehingga kualifikasi kesehatan penerbangan harus dilengkapi fasilitas untuk meningkatkan pulihnya pasien dan dapat mengurangi kecacatan jangka panjang atau mempertahankan kondisi medis pasien stabil. Termasuk, standar evakuasi medis khusus yang disiapkan bagi para penumpang – pasien.
Dwi Ambarwati, Ns., S.Kep., MARS., mengungkap isu ini pada disertasinya. Penelitian bertema evakuasi medis udara non militer tersebut menjadi yang pertama di Indonesia.
Pada Ujian Terbuka Program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) yang di gelar Kamis (29/8) di Auditorium Tahir Foundation FK-KMK UGM, Dwi diuji atas disertasi berjudul “Pengembangan Program Pelatihan Perawat Penerbangan Dasar dan Pengaruhnya Terhadap Pengetahuan, Sikap, Keterampilan Evakuasi Medis Udara Non Militer”.
“Sebagian besar perawat belum memiliki kompetensi, mengikuti, bahkan mengetahui adanya program pelatihan perawat penerbangan dasar untuk evakuasi,” ujar Ambarwati.
Disertasi tersebut di promotori oleh Prof. dr. Sunartini, Sp.A(K), Ph.D., Dr. Fitri Haryanti, S.Kp., M.Kes., dan Sri Warsini, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D., dengan penguji Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH bersama jajaran penguji lainnya. Di tambah, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D. (FK-KMK UGM), Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs. (Hons). (Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga), dan Dr. dr. M. Wawan Mulyawan, SpBS(K). (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) sebagai tim penilai .
“Ini telaahan pertama kali sampai tingkat disertasi apalagi sudah masuk ke pembuatan kurikulum hingga pelakasanaan pelatihan dan evakuasi,” apresiasi Dr. Wawan.
“Saya pikir, pakai Objective Structured Clinical Examination (OSCE) akan sangat tepat untuk penilaian evakuasi ke depan,” tambahnya.
Atas keberhasilannya meraih gelar doktor, Dwi mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak kepadanya.
Ambarwati pun menjelaskan bahwa keberlanjutan penelitian ini ke depan akan bekerjasama dengan Himpunan Perawat Udara Indonesia (HIPERUDI), pengajar kesehatan penerbangan, dan provider evakuasi medis udara di Indonesia.
Lahirnya doktor baru ini merupakan bentuk komitmen FK-KMK UGM terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera (SDG 3), Pendidikan Berkualitas (SDG 4), Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (SDG 9), Berkurangnya Kesenjangan (SDG 10), serta Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab (SDG 12). (Isroq Adi Subakti/Reporter)