FK-KMK UGM. Dicanangkannya pembelajaran tatap muka terbatas mulai bulan juli tahun 2021 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim, sekolah harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, serta mempersiapkan fasilitas, infrastruktur dan kebijakan sebagai bentuk penanganan bencana non alam, COVID-19. Sekolah mempunyai peran penting dalam menanamkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap anak didiknya untuk meningkatkan atmosfer berbudaya selamat sedini mungkin.
Diberlakukannya pembelajaran tatap muka terbatas dalam waktu dekat, sekolah harus menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan tempat cuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, guru sudah divaksin, serta mempersiapkan kebijakan-kebijakan seperti pengaturan durasi jam masuk, pembatasan jumlah siswa, mekanisme istirahat makan siang, prosedur alur mitigasi, prosedur berangkat dan pulang, infrastruktur, evaluasi, mekanisme rujukan dari sekolah dan keterlibatan sekolah.
Sekolah Selamat Siaga Bencana (S3B) merupakan program yang digagas oleh Evi Widowati, S.KM., M.Kes alumni S3 FK-KMK UGM yang disampaikan dalam acara Jogja Sehat di stasiun TVRI Yogyakata, Rabu (5/5). Jogja sehat episode lima mengangkat topik Sekolah dimasa Pandemi yang juga mengundang Zein Muhammad dari SONJO Pendidikan.
Evi Widowati menyampaikan bahwa S3B menggabungkan tiga model yaitu sekolah siaga bencana-SSB atau satuan pendidikan aman bencana-SPAB sesuai permendikbud nomor 33 tahun 2019, pemberdayaan wanita dan anak-PWA, dan pendidikan keselamatan anak. “Kita integrasikan dan sederhanakan agar sekolah mampu laksana.”
Menurut Evi, pendekatan S3B berbasis sistem dan lebih komprehensif karena menggunakan pendekatan multi hazard. Terdapat identifikasi dan penilaian resiko yang kemudian dimasukkan dalam sistem S3B. S3B memiliki tujuh komponen yang terdiri dari komitmen, sistem perencanaan anggaran, ada pelaporan, kurikulum muatan belajar sudah mengcover resiko di sekolah, infrastruktur, ketersediaan informasi, dan kemitraan untuk terus memperbaiki sistem di sekolah.
Tantangan disekolah saat ini tidak hanya COVID-19 tetapi bagaimana sekolah mampu memperhatikan tumbuh kembang anak agar tetap optimal. Selama proses pembelajaran daring ataupun blended anak-anak terbatas batas aktivitasnya dan mempunyai kebiasaan baru yaitu menggunakan laptop/gadget/komputer dalam waktu yang lama. Kebiasaan tersebut berpengaruh pada kesehatan mata, radiasi, postur tubuh, bahkan bullying.
S3B sudah memiliki aplikasi android yang dapat didownload di play store. Sekolah bisa melakukan self asesmen dengan instrument yang dilengkapi dengan prioritas aksi. S3B sudah dilakukan uji coba di 541 sekolah di Yogyakarta dan 160 sekolah di Jawa Tengah. Selain dapat digunakan disekolah, S3B dapat dimanfaatkan pula di tingkat dinas, kabupaten, kota, hingga provinsi, tidak hanya sekolah tetapi juga institusi.
Jogja Sehat episode 5 dipandu oleh dr. Widya Wasityastuti, M.Sc., M.med.Ed., Ph.D., Sp.KKLP dari Departemen Fisiologi dan Dimas Sumunar, S.Kep., Ns dari Kagama Kedokteran PSIK FK-KMK UGM. (Dian/IRO)
Simak video lengkapnya dalam link berikut Jogja Sehat Episode 5.