Perkuat Kompetensi Komunikasi Bersama Kepala BKKBN Pusat

FK-KMK UGM. Banyak tenaga kesehatan ternyata tidak mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan berbasis bukti, mengeloa opini, dan informasi kesehatan secara efekti. Hal inilah yang melatarbelakangki penyelenggaraan seminar sekaligus pelatihan komunikasi efektif untuk mahasiswa program Magister Ilmu Kesehatan Klinik (IKK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Jumat (13/11) lalu.

Acara yang digelar secara daring ini dihadiri oleh lebih dari 190 mahasiswa dari dalam maupun luar FK-KMK UGM. Ketua Program Studi Magister IKK, dr. Retno Sutomo, PhD., SpA(K) mengungkapkan bahwa seminar yang digelar kali ini merupakan bagian dari kegiatan training on public speaking untuk mahasiswa. “Ini dilakukan agar mahasiswa bisa mengkomunikasikan hal-hal yang terkait evidence dan pengetahuan kedokteran kepada masyarakat. Selain itu, seminar ini merupakan bagian dari pemenuhan kompetensi tambahan, komunikasi publik dalam ranah permasalahan kesehatan maupun advokasi program kesehatan,” ungkapnya.

Secara khusus, dr. Retno Sutomo juga menambahkan jika selama masa pandemi, dirinya juga merasa ‘kedodoran’ dengan komunikasi publik, hingga munculnya banyak hoaks dan simpang siur informasi. Karena menurutnya, secara vertikal, tenaga kesehatan juga dituntut untuk mampu mengadvokasikan beberapa evidence yang bisa dikomunikasikan sebagai kebijakan publik dan akan berdampak luas.

Kepala BKKBN Pusat, Dr. dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K) yang hadir sebagai narasumber dalam kesempatan tersebut menyambut baik seminar yang diinisiasi oleh program Magister IKK FK-KMK UGM. “Dengan menjadi dokter, sebenarnya kita sudah otomatis belajar interpersonal speaking, persuasif, maupun belajar cara berkomunikasi yang efektif, hingga pendekatan secara interpersonal. Dalam proses komunikasi itu, kita harus mampu melakukan komunikasi efektif hingga mendorong terjadinya perilaku,” ujarnya.

Pengalaman dr. Hasto sebagai dokter puskesmas di wilayah pedalaman Kalimantan hingga menjabat menjadi Bupati Kulon Progo dirasakannya mampu memberikan bekal tersendiri dalam pengayaan keterampilan komunikasi. Pertama, Komunikasi intens bisa diciptakan melalui inovasi. “Saat itu saya bertugas di puskesmas pedalaman Kalimantan Timur. Ketika orang tidak mau ke Posyandu, karena sulitnya medan perjalanan, maka kami yang hadir mendekat untuk masyarakat melalui posyandu terapung, dan itu terbukti efektif,” kisahnya.

Kedua, perlunya dorongan diri yang kuat bahwa dokter bertugas dalam pelayanan sosial yang harus mampu berkarya, berinovasi, dan berinteraksi dengan lingkungan untuk memuaskan masyarakat.  Ketiga, dokter sebagai provider sekaligus manajer yang baik, oleh karenanya kemampuan komunikasi interpersonal harus selalu dikembangkan.

“Dokter memiliki tantangan yang kuat dalam berkomunikasi, karena sejak awal komunikasi dokter pasien tidak terjadi setara, sehingga dokter yang harus mampu menyesuaikan diri. Ini sebuah perjuangan besar, dan kesabaran sebagai kunci sukses dokter untuk bisa berkomunikasi dengan pasien. Bicara yang bagus, dimulai dari hati yang bagus, “ imbuh dr. Hasto.

Komunikasi efektif menjadi salah satu bagian dari tujuh kompetensi dokter yang harus dikuasai. Oleh karenanya, dr. Hasto dalam kesempatan ini berpesan bahwa sebagai pelayan masyarakat harus mengutamakan keikhlasan, menempatkan diri di tempat yang rendah dalam keadaan yang sulit dan menderita untuk melayani orang lain. “Saya selalu mengedepankan ethos, pathos, dan logos dalam berkomunikasi,” tegasnya. (Wiwin/IRO; Foto: dok. panitia)