FK-KMK UGM. Pusat Kedokteran Herbal bekerjasama dengan Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggelar webinar dengan judul “Uji Klinis dan Penanganan Covid 19: Perkembangan Terbaru dalam Penggunaan Bahan Alam/Herbal sebagai Terapi Adjuvan Covid 19”. Acara webinar ini dibagi dua sesi pagi dan siang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom, Kamis (15/4).
“Bahan alami atau herbal mempunyai modal yang kuat, di mana Indonesia terkenal dengan biodiversity yang sangat kaya. Oleh karena itu, potensi tersebut harus kita eksplor atau mungkin kita angkat menjadi keunggulan dari negeri ini”, tutur Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.ED, Ph.D, SpOG(K) saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara webinar ini.
Pada sesi pertama, webinar ini menghadirkan empat narasumber yakni Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si., dari BPOM RI, Prof. Dr. Apt. Mae Sri Hartati Wahyuningsing, M.Si., dari FK-KMK UGM., Dr. Masteria Yunovilsa Putra, dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, dan dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp. PD-KP., FINASIM, dari RSUP Dr Sardjito yang dimoderatori oleh Dr. dr. Setyo Purwono, M.Kes., Sp.PD.
Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si., ia mengungkapkan bahwa, “Indonesia memiliki potensi bahan alam yang luar biasa, terdapat 32.104 tumbuhan obat dengan 2.848 spesies yang sudah digunakan oleh 405 etnis di 24 provinsi berdasarkan Ristoja. Hal ini menjadi potensi yang besar untuk mengembangkan obat tradisional atau obat herbal sebagai terapi adjuvan pada Covid-19,” ungkapnya.
“Dalam rangka mendorong pengembangan dan riset herbal obat Covid-19. Badan POM melakukan pendekatan regulatori dan pendampingan para peneliti dan pelaku usaha sejak penyusunan protokol uji klinik sampai pelaksanaan uji klinik sesuai dengan CUKB” imbuhnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Apt. Mae Sri Hartati Wahyuningsing, M.Si., menjelaskan tentang bahan alam yang berpotensi untuk mencegah maupun adjuvan pada Covid-19. Beberapa bahan alam tersebut antara lain: Kunyit, Temulawak, Jahe, Buah Jambu Biji, Daun Jambu Biji, Meniran, dan Sambiloto, dan Temu Kunci.
“Herbal atau bahan alam yang berkhasiat itu didalamnya terdapat kandungan senyawa yang aktif sesuai perannya masing-masing. Untuk penggunaan obat herbal pada Covid-19, mayoritas itu masih dalam ongoing research tetapi kebanyakan diambil untuk efek dari antioxidant, anti-inflammatory dan immunomodulatory” jelas Prof. Mae.
Dr. Masteria Yunovilsa Putra menambahkan beberapa bahan alami yang telah diuji untuk virus Covid-19. “Jadi kita mengoleksi hampir dari 25 ekstrak tanaman dan dari 25 tanaman itu beberapa sudah terstandarisasi dari industri,” ujarnya.
“Dari 25 ekstrak tanaman itu terdapat 25 senyawa yang berdasarkan studi literatur kami, mungkin berpotensi sebagai lawan Sars Cov-2 dan juga berfungsi sebagai immunomodulator,” imbuhnya.
Dari 25 ekstrak tanaman tersebut, terdapat 5 ekstrak tanaman yang digunakan untuk uji klinik di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlit sebagai immunomodulator. Tanaman tersebut diantaranya Jahe Merah, Meniran, Sambiloto, Sembung, dan Cordyceps.
dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp. PD-KP., FINASIM mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih belum selesai. Saat ini terdapat kasus satu setengah juta lebih dengan kasus yang meninggal sekitar empat puluh dua ribu.
Di samping itu, dr. Ika juga menjelaskan bahan alami yang dapat digunakan untuk membantu pasien Covid-19. Hal ini terkait uji Virgin Coconut Oil (VCO) pada pasien-pasien Covid-19 di area Yogyakarta. “VCO merupakan medium-chain fatty acids (MCFA), mengandung asam laurat yang diubah menjadi monogliserida monolaurin, yang dapat menghancurkan membrane lipid pada virus, bakteri, dan jamur,” ujarnya.
Menurut dr. Ika, monolaurin adalah monogliserida yang memiliki efek antiviral, antibakteri, dan antiprotozoal dengan cara menghancurkan membran lipid virus seperti HIV, herpes, cytomegalovirus, influenza, listeria monocytigenes dan heliobacter pylori, serta giardia lamblia.
Dokter Ika menyatakan terdapat tiga mekanisme asam laurat dan monolaurin dalam menurunkan infektivitas virus. “Pertama, disintegrasi membran virus atau merusak lipid membran virus. Uji pertama sudah dilakukan sejak tahun 1979 hingga 2002. Salah satu hasil dari pengujian disebutkan monolaurin dapat mengurangi infektivitas RNA/DNA virus dalam kultur sel sampai dengan 99,9% yaitu dengan cara menghancurkan envelope virus oleh monolaurin,” ujar dr. Ika.
“Mekanisme kedua, uji yang dilakukan menyebutkan bahwa pada pasien dengan virus demam berdarah Argentina (JUNV), asam laurat yang terdapat pada VCO dapat menghambat pematangan akhir dari replikasi virus,” imbuhnya.
Bahkan, menurut dr. Ika, struktur virus JUNV mirip dengan SARS CoV-2 yang memiliki kapsul glikoprotein dengan lipid bilayer
“Mekanisme ketiga, hasil dari penelitian menyebutkan asam laurat mencegah ikatan protein M virus ke membrane sel host, tetapi tidak mempengaruhi sintesis protein membran virus,” jelas dr. Ika.
Selain itu sesi kedua yang dimoderatori oleh dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, M.Sc., Ph.D, juga menghadirkan narasumber, Prof. Myeong Soo Lee yang diwakili oleh Dr. Lin Ang dari Korea Institute of Oriental Medicine dengan materi “The use of Herbal Medicine for COVID-19 Prevention of Treatment in South Korea,” dan Prof. Tzou-Chi Huang dari Pingtung University of Science and Technology dengan materi “Traditional Chinese Medicine Use for COVID-19”. (Arif AR/Reporter)