Peringati Pekan Glaukoma Sedunia, Giatkan Deteksi Dini

FK-KMK UGM.  Memperingati pekan glaukoma sedunia, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta akan menggelar sosialisasi kesehatan di poli mata dan pemeriksaan mata gratis pada acara Sardjito Fair di jalan Margoutomo Minggu 17 Maret 2019. Kegiatan ini harapannya mampu mengedukasi masyarakat mengenai bahaya glaukoma serta memberikan fasilitas pemeriksaan mata gratis bagi masyarakat berisiko glaukoma.

“Glaukoma saat ini sudah menduduki urutan nomor 2 penyebab kebutaan di Indonesia yang sifatnya permanen atau seumur hidup. Bahkan pada tahun 2020, diperkirakan secara global akan terdapat sekitar 80 juta penduduk dunia menderita glaukoma. Oleh karenanya, melalui kegiatan ini kami berupaya untuk mengedukasi masyarakat agar mampu mencegah terjadinya glaukoma”, papar staf Divisi Oftalmologi Komunitas, Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK UGM, Prof. dr. Suhardjo, SU., SpM(K)., Kamis (14/3) di RSUP Dr. Sardjito. Data Riskesdas 2018 bahkan menunjukkan bahwa prevalensi glaukoma untuk populasi masyarakat di Yogyakarta sebanyak 0,56 persen dari total penduduk.

Sementara itu, staf Divisi Glaukoma Departemen  Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK UGM, dr. Tatang Talka Gani, SpM(K), mengungkapkan bahwa saat ini 90 persen penderita glaukoma tidak merasakan sakit dan 10 persen penderita disertai rasa sakit. “Akibatnya, bagi penderita yang tidak merasakan sakit dan tidak menyadari perkembangan penyakitnya membuat mereka terlambat mendapatkan penanganan dokter,” ungkapnya.

Dokter Tatang dalam kesempatan ini menjelaskan bahwa glaukoma merupakan kerusakan saraf optik akibat adanya tekanan bola mata, di mana akhir dari glaukoma adalah kebutaan. Kondisi hilangnya lapang penglihatan biasanya berjalan lambat dan kurang disadari oleh penderita, sehingga sering disebut sebagai ‘pencuri penglihatan’.

“Bahkan 3 juta orang di dunia menderita glaukoma, di mana 30 persen di antaranya tidak terdiagnosis. Padahal, 80 persen kerusakan mata bisa dicegah jika diketahui sejak awal. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan mata rutin, misal: 3 tahun sekali bagi yang mengalami penurunan penglihatan dengan usia di atas 40 tahun. Sedangkan untuk pemeriksaan per tahun bagi yang berfaktor risiko,” paparnya.

Beberapa kelompok berisiko yang menjadi perhatian di antaranya adalah: pertama, mempunyai keluarga dekat yang menderita glaukoma. Kedua, penderita myopia (mata minus). Ketiga, pengguna obat steroid. Keempat, penderita kelainan sirkulasi darah, dan terakhir adalah penderita diabetes mellitus. “Tetapi, bagi yang tidak memiliki faktor risiko bukan berarti tidak berpeluang terkena glaukoma, stres juga bisa memicu penyakit ini,” pungkasnya. (Wiwin/IRO)