Perilaku Sehat, Cegah Penyakit Jantung

FK-UGM. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 42,3 persen di antaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK) dan 38,3 persen disebabkan oleh stroke. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5 persen. Dari prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur 4,4 persen dan terendah di Provinsi Riau 0,3 persen.

Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskuler ini tentu berdampak besar dalam pembiayaan kesehatan. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang kesehatan tahun 2016 menunjukkan terjadinya peningkatan pembiayaan dibandingkan dengan tahun 2015, yakni sebesar 6,9 Triliun Rupiah atau sekitar 48,25 persen menjadi 7,4 Triliun Rupiah atau 50,7 persen pada tahun 2016.

Melihat fenomena ini, sekitar pertengahan Juli 2017, Pemerintah mulai menggalakkan program “Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres (CERDIK)”, yang menjadi rangkaian perilaku sehat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler. Bahkan, melalui Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), pemerintah juga menegaskan kembali terkait upaya menggerakkan seluruh komponen masyarakat agar berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Fokus kegiatan GERMAS di antaranya adalah peningkatan aktifitas fisik, peningkatan konsumsi buah dan sayur serta deteksi dini atau pemeriksaan kesehatan secara berkala. Harapannya, angka kesakitan, kematian dan kecacatan karena PJK bisa diturunkan (selaras dengan salah satu target Sustainable Development Goals/SDGs 2030).

“Yang perlu diwaspadai saat ini adalah deteksi dini. Ini akan mengurangi faktor risiko,” ujar dr. Delvac Oceandy, dari Manchester University, Senin (23/1) di Fakultas Kedokteran UGM. Delvac juga menambahkan bahwa deteksi dini saat ini sudah dilakukan di desa. Melalui penelitiannya di Jawa Timur, Delvac menegaskan bahwa risiko penyakit jantung kini sudah mencapai angka 30 persen di desa.

Sebagai upaya untuk ikut berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PJK, Fakultas Kedokteran UGM menyelenggarakan program 2018 Winter Course on Cardiology. “Dalam kesempatan ini kami memang menjaring peserta dari calon profesional kesehatan Pendidikan Dokter, Keperawatan dan Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM dan beberapa Universitas se-Indonesia, serta mahasiswa asing dari universitas mitra: B.P. Koirala Institute of Health Sciences-BPKIHS (Nepal), National Taiwan University, Universiti Sains Malaysia, Chiang Mai University (Thailand), Nanjing Medical University (China), maupun International Medical University (Malaysia),” papar Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran UGM, dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., PhD.

Selain pembicara pakar UGM, Winter Course akan mendatangkan ahli Cardiology dari beberapa Universitas terkemuka antara lain Manchester University (UK), National University Hospital Singapore, National Taiwan University, dan Universiti Sains Malaysia.

Paradigma baru pelayanan kesehatan komprehensif (Interprofessional Education) membuka wawasan peserta dalam menangani sebuah kasus secara holistik. Selama dua pekan ke depan (22 Januari – 2 Februari 2018), peserta akan mendapatkan pembekalan materi secara komprehensif dari materi dasar, klinis aplikatif, maupun preventif promotif di masyarakat, dilanjutkan dengan hands off di RSUP Dr. Sardjito dan hands on di laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM. (Wiwin/IRO; Foto/Dian)

Galeri Foto Winter Course on Cardiology

https://www.youtube.com/watch?v=6YJrrLphJ5U

https://www.youtube.com/watch?v=d5NcJuhYPec